BISNIS.COM, MEDAN—Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) membantah stok minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) Indonesia menumpuk di pabrik kelapa sawit (PKS) dan pelabuhan, sehingga harga CPO di pasar internasional sulit naik.
Ketua Umum DMSI Derom Bangun membantah bahwa stok CPO Indonesia saat ini mencapai 5 juta ton karena produksi naik.
“Stok CPO Indonesia tidak sampai sebesar itu. Tidak ada angka yang pasti. Akan tetapi, stok CPO Indonesia diperkirakan paling tinggi 3,5 juta ton yang berada di tangki PKS dan tangki timbun di pelabuhan,” ujarnya hari ini, Selasa (12/3).
Menurut dia, daya tampung tangki timbun di Indonesia tidak sampai 5 juta ton. Paling tinggi, jelasnya, sebanyak 3,5 juta ton masing-masing di tangki timbun 600 pabrik kelapa sawit (PKS) sekitar 1,8 juta-2 juta ton. Kemudian, lanjutnya, tangki timbun yang dimiliki perusahaan swarta di Belawan, Dumai, Teluk Bayur, Surabaya, dan Kalimantan diperkirakan sekitar 1,5 juta ton. “Jadi kalau ditotal seluruhnya, total stok CPO Indonesia paling tinggi 3,5 juta ton,” ujarnya.
Sebelumnya, sejumlah negara pembeli di luar negeri mengatakan stok CPO Indonesia mencapai 5 juta ton dan stok Malaysia mencapai 3 juta ton. Besarnya stok CPO dari kedua negara penghasil CPO terbesar di dunia itu menimbulkan harga CPO di pasar global stagnan dan diperkirakan turun hingga Juni tahun ini menyusul karena memasuki masa panen sejak Maret tahun ini.
Derom memperkirakan pertengahan tahun ini harga CPO diperkirakan naik menjadi US$900-US$940 per ton walaupun produksi CPO meningkat. Hal ini terjadi, jelasnya, karena ada peningkatan permintaan dari negara-negara importir seperti India, China, dan Uni Eropa. Saat ini harga CPO bertahan pada kisaran US850 –US$870 per ton (CIF Rotterdam).