JAKARTA - Rerata imbal hasil saham-saham konstruksi melonjak hingga 16,7% sepanjang tahun ini, seiring dengan meningkatnya permintaan dari sektor properti dan infrastruktur.
Kendati demikian, kenaikan rerata imbal hasil saham konstruksi pada tahun ini lebih kecil dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 27,43%.
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, emiten milik pemerintah PT Adhi Karya Tbk mencatatkan pertumbuhan imbal hasil (return) tertinggi 27,84%. Untuk posisi kedua ditempati emiten swasta PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk dengan kenaikan 27,08%.
Analis Millenium Danatama Indonesia Asset Management Desmon Silitonga menilai saham-saham konstruksi masih prospektif, meskipun ada penurunan laju kenaikan pada tahun lalu. Proyek infrastruktur diyakini menjadi penopang bisnis kontruksi.
“Sektor infrastruktur dan properti pada tahun ini diperkirakan akan booming, tentunya faktor tersebut dapat turut mendorong kinerja emiten konstruksi,” ujarnya.
Proyek infrastruktur, lanjutnya, masih akan terus bergulir baik proyek-proyek pemerintahan maupun swasta. Lancarnya aliran dana asing (foreign direct investment) akan menjadi sentimen positif dalam menopang pertumbuhan yang signfikan terhadap bisnis infrastruktur.
Selain dana asing, kondisi suku bunga yang terkendali juga membuat industri infrastruktur kian menjanjikan. Menurut Desmon, saat ini sektor perbankan kian berani untuk memberikan kredit di sektor infrastruktur maupun konstruksi.
“Hal ini akan membuat akselerasi pembangunan proyek konstruksi makin cepat. Apalagi investor juga selalu mengikuti perkembangan proyek yang dikerjakan,” katanya.
Dengan segala faktor tersebut, Desmon meyakini laju pergerakan rerata saham konstruksi mampu menembus 20%. Menurutnya, saham konstruksi pada saat ini masih berpeluang untuk naik karena harga sahamnya masih dibawah nilai wajar.
Kendati demikian, dia menilai proses pembebasan lahan masih menjadi tantangan dalam industri properti dan infrastruktur, sehingga berdampak terhadap kinerja industri konstruksi.
Menurutnya, jika pemerintah dapat segera merealisasikan undang-undang pembebasan lahan terutama di daerah, hal tersebut dapat memuluskan pembangunan secara tepat waktu.
Di lain sisi, dia juga merekomendasikan emiten-emiten konstruksi menjadi pilihan investor sebagai bagian dari portofolio saham. Meskipun demikian, dia menyarankan untuk memilih emiten dengan rasio utang terhadap ekuitas (debt equity ration/DER) dibawah 1.
Sebelumnya, rerata emiten sektor konstruksi membukukan total laba bersih mencapai Rp1,52 triliun sejak Januari-September 2012, naik 68% dari posisi sama 2011 sebesar Rp903,01 miliar.
Kepala Riset Buana Capital Alfred Nainggolan memprediksi kinerja emiten konstruksi akan lebih baik lagi pada tahun ini. Menurutnya, dana anggaran pemerintah untuk pengembangan infrastruktur tahun ini menjadi Rp200 triliun.
Dengan kondisi tersebut, lanjutnya, permintaan proyek untuk pengembangan infrastruktur pada tahun mendatang bagi perusahaan konstruksi diperkirakan akan terjadi kelebihan permintaan atau overload.
“Membaiknya kinerja perusahaan biasanya akan terefleksikan terhadap pergerakan saham-saham emiten konsntruksi yang positif,” katanya.
Dari semua emiten konstruksi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, dia merekomendasikan PT Wijaya Karya Tbk. Menurutnya, saham Wijaya Karya masih menjanjikan, apalagi didukung dengan kapitalisasi pasar yang paling tinggi dibandingkan dengan emiten konstruksi lainnya. (fsi)
SAHAM KONSTRUKSI: Tingkat Imbal Hasil Rata-rata 16,7%
JAKARTA - Rerata imbal hasil saham-saham konstruksi melonjak hingga 16,7% sepanjang tahun ini, seiring dengan meningkatnya permintaan dari sektor properti dan infrastruktur. Kendati demikian, kenaikan rerata imbal hasil saham konstruksi pada tahun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
1 hari yang lalu
Bank BJB (BJBR) Bicara Dividen dan Strategi Anorganik
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
45 menit yang lalu
Depresiasi Rupiah Tak Terbendung, Ada Potensi Menguat Akhir Tahun?
48 menit yang lalu