MEDAN—Harga minyak sawit kepala sawit atau CPO (crude palm oil) semester I/2013 diperkirakan bergerak lamban pada kisaran US$850-US$870 per ton karena permintaan dari China dan India belum meningkat.
Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Derom Bangun menegaskan penaikan harga CPO di pasar internasional bergerak lamban seiring dengan belum membaiknya perekonomian dunia a.l. negara Eropa, Amerika Serikat, dan pelambatan Ekonomi China yang membuat permintaan minyak sawit belum begitu kuat.
“DMSI menilai permintaan CPO di pasar global melambat karena situasi ekonomi di Eropa dan negara lain belum stabil. Hal ini membuat harga CPO bergerak lamban, walaupun sudah ada peningkatkan dibandingkan akhir tahun lalu yang sempat menyentuh angka di kisaran US$750 per kiogram,” ujarnya di Medan hari ini, Selasa (12/2/2013).
Menurut dia, kondisi ekonomi sejumlah negara Uni Eropa yang belum stabil membuat permintaan minyak nabati termasuk sawit menurun. Artinya, kata dia, konsumen mengurangi pembelian minyak goreng untuk keperluan rumah tangga.
Kalau biasanya, kata dia, konsumen membeli 3 kilogram sebulan, diturunkan tinggal beli dua kilogram akibat menurunnya pendapatan rumah tangga konsumen.
Tahun lalu harga CPO periode Mei-Juni 2012 sempat menyentuh angka US$1.000-US$1.180 per ton, serta sempat jatuh pada titik terendah mencapai US$760 per ton menjelang akhir tahun 2013.
Krisis ekonomi yang melanda sejumlah negara Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS) memengaruhi pelemahan harga CPO. “Kami pesimistis harga tahun ini bisa naik di atas US$1.000 per ton.Kalangan pengusaha memperkirakan harga CPO hanya sebesar US$800-US$1.000 per ton. “
Selain ke Cina dan India, selama ini Indonesia telah mengembangkan pasar penjualan CPO ke negara lain yakni Pakistan, Eropa Timur dan Afrika.Perluasan pasar ini memang dilakukan guna menggenjot lesunya ekspor. “Harga diperkirakan naik pada Februari atau Maret 2013, karena pembelian akan meningkat setelah liburan Natal dan Tahun Baru 2013.”Berbagai upaya dilakukan untuk menggenjot harga dengan mencari pasar baru,” paparnya. (sut)