Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA SUN: Sentimen Negatif Global & Regional Tak Pengaruhi Rebound

JAKARTA--Sentimen negatif pasar global dan regional tak menghentikan rebound yang terjadi di pasar surat utang negara (SUN) Tanah Air pada perdagangan kemarin. 

JAKARTA--Sentimen negatif pasar global dan regional tak menghentikan rebound yang terjadi di pasar surat utang negara (SUN) Tanah Air pada perdagangan kemarin.
 

Berdasarkan data valuasi harian Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), Rabu (23/1/2013), indeks harga SUN melanjutkan rebound dengan naik sebesar 0,02% ke level 134,2509, sedangkan indeks total return naik 0,04% ke level 193,8745. Penaikan dua indeks tersebut mendorong penurunan indeks efektif yield sebesar 0,02% ke level 5,638%.


Keempat SUN seri benchmark tercatat mengalami penaikan harga pada perdagangan kemarin. Seri FR0066 (+3,3 basis poin ke 102,8712), FR0063 (+18,9 basis poin ke 103,4205), FR0064 (+6,8 basis poin ke 102,5000), dan FR0065 (+28,1 basis poin ke 104,2243).
 

Aktivitas perdagangan obligasi tercatat mengalami peningkatan dari sisi volume dan frekuensinya. Total volume meningkat sebesar +24,42% dari Rp3,55 triliun menjadi Rp4,41 triliun.
 

Untuk obligasi pemerintah, peningkatan volume terjadi pada tenor pendek dan tenor panjang, sementara volume pada obligasi korporasi didominasi peningkatan sepanjang tenor pendek dan tenor menengah.
 

Sejalan dengan peningkatan volume, total frekuensi juga meningkat sebesar +31,82% dari 308 kali menjadi 406 kali. Seri teraktif dari obligasi pemerintah yakni ORI009 dengan volume mencapai Rp108 miliar dan ditransaksikan 53 kali.
 

Sementara itu, seri teraktif dari obligasi korporasi yakni Obligasi Berkelanjutan I BCA Finance Tahap I Tahun 2012 Seri D (BCAF01DCN1) dengan volume mencapai Rp40 miliar dan ditransaksikan 10 kali.
 

"Sentimen negatif mewarnai pasar global setelah pertemuan Bank of Japan [BoJ] menghasilkan keputusan untuk menaikkan target inflasi dari 1% menjadi 2%. Selain itu, dikabarkan bahwa Inggris mengeluarkan ancaman untuk keluar dari Uni Eropa jika UE tidak mau mengakomodasi tuntutan Inggris.

Akibatnya, kecemasan pelaku pasar akan krisis Eropa dengan ancaman Inggris keluar dari UE semakin meningkat," tulis tim riset IBPA dalam laporannya. (spr)
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis :

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper