SINGAPURA: Nilai tukar mata uang negara-negara Asia menguat dipimpin oleh dolar Taiwan, dipicu spekulasi pertumbuhan ekonomi yang cepat akan menarik dana asing.
Selain itu, penguatan juga didorong oleh spekulasi pembuat kebijakan di kawasan akan menaikan suku bunga acuan untuk menahan inflasi.
Indeks Asia Dolar Bloomberg-JP Morgan naik dalam 5 hari setelah pemilik dana asing membeli senilai US$927 juta saham Taiwan dan Korea Selatan, lebih dari yang mereka jual kemarin.
Pertumbuhan industri di China turun lebih rendah dari perkiraan analis pada Mei dan kenaikan harga konsumen di Korea Selatan melampaui target bank sentral dalam 5 bulan.
Nilai tukar dolar Taiwan menguat 0,7% menjadi NT$28,583 per dolar AS pada pukul 11:32 waktu setempat. Sementara itu, won Korea Selatan menguat 0,3% menjadi 1.076,25 per dolar AS, dolar Singapura menguat 0,2% menjadi S$1,2309 dan ringgit Malaysia menguat 0,1% menjadi 3,0085 per dolar AS.
Di sisi lain, rupiah Indonesia menguat 0,1% menjadi Rp8.539 per dolar AS, peso Filiphina menguat 0,2% menjadi 43.202 per dolar AS, dan rupee India menguat 0,2% menjadi 44,9825 per dolar AS.
Shigehisa Shiroki, Kepala Perdagangan Tim Asia dan Negara Berkembang pada Mizuho Corporate Bank Ltd di Tokyo, mengatakan penguatan resiko inflasi di Asia dan kemungkinan bank sentral resgional untuk melanjutkan menaikan suku bunga acuan telah mendorong nilai tukar di kawasan.
Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memperkirakan perekonomian di Asia akan tumbuh 8,4% pada tahun ini, melampaui pertumbuhan di AS yang diperkirakan hanya 2,8% dan 1,6% di Eropa.
Indeks saham Asia Pasifik MSCI naik dalam 2 hari berturut-turut karena optimisme krisis utang Eropa dapat berkurang. Dalam beberapa hari ke depan, Uni Eropa, IMF, dan Bank Sentral Eropa mengkaji progress kasus Yunani dalam memenuhi persyaratan bailout 110 miliar euro atau sekitar US159 miliar pada tahun lalu, sebelum mengeluarkan paket finansial baru. (arh)