Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) berpotensi masih tertekan seiring melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
David Sutyanto, Kepala Riset Ekuator Swarna Sekuritas mengatakan pada hari ini, Rabu (14/3/2018) IHSG tengah tertekan dua sentimen negatif dari dalam dan luar negeri. Dari dalam negeri kekhawatiran akan pelemahan rupiah yang dapat berlanjut, membuat pelaku pasar cenderung mengamankan posisinya terlebih dahulu.
Di sisi lain, tindakan yang tak dapat diduga dari Trump membuat risiko ketidakpastian akan meninggi. Belum lagi aksi Trump berpotensi melemahkan China yang merupakan salah satu mitra dagang Indonesia.
Menurutnya, Pasar juga akan mencermati data ekonomi china yang akan dirilis hari ini. "Sebagai tambahan EIDO juga mengalami koreksi hingga 1,8%. IHSG akan berada pada rentang 6.335 hingga 6.475,” tulisnya dalam riset yang diterima Bisnis, Rabu (14/3/2018).
Pada penutupan perdagangan Selasa kemarin (13/3/2018), IHSG tak beranjak dari zona negatif hingga menutup perdagangan. IHSG turun 87,841 poin (1,35%) ke 6.412,846. Indeks LQ45 melemah 18,334 poin (1,70%) ke 1.057,042.
Kemarin, seluruh saham sektoral melemah dan menyeret IHSG turun ke zona negatif. Saham-saham sektor konsumsi amblas paling dalam mencapai 2,35%. Sebanyak 108 saham menguat, 241 saham melemah dan 123 saham stagnan. Investor asing kembali mencatatkan penjualan bersih Rp702 miliar.
Sentimen negatif datang dari pernyataan Xavier Jean salah satu pejabat tinggi S&P Global Ratings yang memprediksi rupiah bisa mencapai Rp15000 terhadap dolar AS.
Lembaga pemeringkat internasional tersebut juga menilai kebijakan alokasi subsidi Indonesia saat ini yang akan mempertahankan harga BBM subsidi dan TDL hingga akhir 2019 di tengah tren harga minyak dunia yang meningkat dapat mempengaruhi rating Indonesia untuk jangka panjang.