Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ketegangan Iran Memanas dan Aktivitas Pengeboran AS Turun, WTI Tetap Menguat

Minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari menguat 0,29 poin atau 0,5% ke level US$61,73 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan sekitar 8% di bawah rata-rata 100 hari.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah menguat pada perdagangan Senin (28/1/2018) menyusul ketegangan politik di Iran dan penurunan pekerjaan eksplorasi di AS yang mengancam pertumbuhan output.

Minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari menguat 0,29 poin atau 0,5% ke level US$61,73 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan sekitar 8% di bawah rata-rata 100 hari.

Sementara itu, minyak Brent untuk pengiriman Maret menguat 0,16 poin atau 0,24% ke level US$ 67,78 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.

Dilansir Reuters, perebutan kekuasaan di Iran telah menimbulkan kecemasan mengenai stabilitas produsen minyak mentah terbesar ketiga OPEC ini. Sementara itu, pengebor minyak di AS memangkas jumlah anjungan pengeboran pekan lalu dengan jumlah terbesar dalam dua bulan terakhir.

“Situasi Iran membuat pasar sedikit di ujung tanduk," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC, seperti dikutip Bloomberg.

Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan bahwa kemarahan yang menyebabkan demonstrasi anti-pemerintah selama sepekan terakhir menandakan kebutuhan akan kebebasan yang lebih besar yang telah lama ia upayakan, selain ekonomi yang lebih kuat.

Minyak telah bertahan di atas US$60 per barel sejak akhir Desember dengan stok minyak mentah AS yang terkontraksi dan pengeboran minyak yang melambat. Pemangkasan output oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan rekannya telah membantu menaikkan harga.

Di AS, pengebor mengurangi jumlah anjungan pengeboran (rig) minyak minggu lalu sebesar 5 menjadi 742 rig. Di tengah tekanan investor, pengebor berusaha melakukan lebih banyak hal dengan sedikit upaya untuk meningkatkan keuntungan, termasuk membuka sumur yang telah dibor mereka daripada membuka sumur baru.

"Risiko pada saat ini agak meningkat, terutama jika kita terus melihat angka pengeboran di AS yang lemah. Namun pada tingkat harga saat ini, sebagian besar produksi minyak shale layak dan menguntungkan," ungkap Bart Melek, kepala strategi komoditas global TD Securities di Toronto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper