Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Senat AS Sepakati RUU Pajak, Dolar Menguat

Dolar AS melambung ke level tertinggi dalam dua pekan terakhir pada perdagangan Senin (4/12/2017) karena pelaku pasar menyikapi positif terhadap persetujuan Senat atas RUU pajak akhir pekan lalu.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Dolar AS melambung ke level tertinggi dalam dua pekan terakhir pada perdagangan Senin (4/12/2017) karena pelaku pasar menyikapi positif terhadap persetujuan Senat atas RUU pajak akhir pekan lalu.

Indeks dolar AS, yang melacak pergerakan greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, terpantau menguat 0,26% atau 0,244 poin ke level 93,129 pada pukul 7.07 WIB.

Seperti dilansir Reuters, Senat AS menyetujui perombakan pajak pada hari Sabtu (2/12), sehingga memuluskan langkah Partai Republik dan Presiden Donald Trump menuju tujuan mereka untuk memangkas paja bagi perusahaan.

Langkah tersebut kemungkinan akan semakin meningkatkan laba perusahaan dan menyebabkan banyak terjadinya buyback saham. Pasar saham AS telah reli selama berbulan-bulan dengan harapan bahwa pemerintah akan memberikan potongan pajak yang signifikan bagi perusahaan.

"Kemungkinan pemotongan pajak yang diajukan ke meja Trump untuk ditandatangani meningkat secara signifikan dan kami memulai minggu ini dengan proses rekonsiliasi antara rencana pajak Parlemen dan Senat," kata Chris Weston, kepala analis pasar di IG, seperti dikutip Reuters.

Terhadap yen Jepang, dolar AS terpantau menguat 0,49% atau 0,55 poin ke level 112,72 yen per dolar AS pada pukul 7.22 WIB.

Sementara itu, dolar AS juga menguat terhadap euro sebesar 0,22% atau 0,0026 poin ke level US$1,1870 per  euro.

Penguatan ini membalikkan pergerakan pada Jumat pekan lalu ketika saham dan dolar AS tergelincir dan obligasi menguat di tengah kekhawatiran tentang penyelidikan terhadap keterlibatan Rusia dalam pemilihan umum AS.

Bursa saham AS sempat jatuh pada pertengahan hari setelah ABC News mengabarkan bahwa mantan penasihat nasional Michael Flynn siap untuk bersaksi bahwa Donald Trump menginstruksikannya untuk melakukan kontak dengan Rusia selama kampanye kepresidenan.

Namun, berita tersebut segera dicabut ABC News dengan penjelasan bahwa arahan Trump dikeluarkan setelah dia terpilih sebagai presiden, bukan sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper