Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sentimen Internal dan Eksternal Menguatkan Rupiah

Mata uang rupiah mengalami penguatan seiring dengan dorongan sentimen domestik dan eksternal.
Ilustrasi seorang pegawai bank tengah menghitung penukaran uang rupiah dengan dolar AS/Bisnis.com
Ilustrasi seorang pegawai bank tengah menghitung penukaran uang rupiah dengan dolar AS/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA—Mata uang rupiah mengalami penguatan seiring dengan dorongan sentimen domestik dan eksternal. Pada pekan depan, harga diprediksi bergulir di dalam rentang Rp13.350-Rp13.600 per dolar AS.

Research and Analyst PT Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan, rupiah mengalami penguatan seiring dengan data inflasi Oktober sebesar 3,58% yoy yang berada di bawah ekspektasi. Sentimen ini memperlebar peluang Bank Indonesia dalam memangkas suku bunga lanjutan.

Pada penutupan perdagangan Jumat (3/11/2017), rupiah menguat 54 poin atau 0,40% menjadi Rp13.498 per dolar AS. Adapun kurs tengah BI dipatok Rp13.500 per dolar AS.

Dari sisi eksternal, penguatan rupiah juga didorong terpilihnya James Powell sebagai Gubernur Federal Reserve. Sosok Powell yang hawkish memudarkan rencana Bank Sentral AS dalam mengerek suku bunga sebanyak 3 kali pada 2018.

“Bila Powell terpilih dan menjabat pada Februari 2018, ada kemungkinan suku bunga tidak naik 3 kali tahun depan. Apalagi situasi politik AS masih belum stabil,” tuturnya kepada Bisnis.com, Jumat (3/11/2017).

Selain itu, pelaku pasar memperkirakan walaupun program reformasi pajak semakin dapat terealisasi, efeknya tidak akan terasa dalam jangka pendek. Kedua sentimen ini kemudian sedikit menekan dolar AS.

Namun demikian, ekspektasi membaiknya data tenaga kerja periode Oktober 2017 yang dirilis Jumat (3/11) waktu setempat masih menopang laju greenback. Kemarin, pada pukul 16.17 WIB, indeks dolar AS naik 0,138 poin atau 0,15% menjadi 94,823.

Data Non Farm Payroll (NFP) diperkirakan tumbuh menjadi 312.000 pekerja dari bulan sebelumnya -33.000 pekerja. Adapun rata-rata upah per jam diprediksi turun menjadi 0,2% dari September 2017 sebesar 0,5%.

Jika data rata-rata upah per jam sesuai dengan ekspektasi konsensus, dolar AS berpotensi melemah. Pasalnya, data ekonomi tersebut merupakan petunjuk tingkat inflasi yang menjadi salah satu acuan Fed dalam menaikkan suku bunga.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper