Bisnis.com, JAKARTA—Rupiah hingga pekan depan diperkirakan masih kokoh menyusul penguatan yang terjadi jelang akhir pekan.
Positifnya sentimen eksternal dan internal membuat rupiah melonjak 0,92% atau 122 poin, tertinggi di antara mata uang Asia lainnya.
Senior Research and Analyst Asia Trade Point Futures (ATPF) Andri Hardianto menyampaikan, dalam jangka pendek pelemahan dolar AS menjadi sentimen utama yang mendongkrak rupiah.
Adapun sentimen positif dari faktor domestik berupa penguatan cadangan devisa dan data ekonomi lainnya, serta pertumbuhan harga komoditas.
Pada perdagangan Jumat (8/9) indeks dolar AS (DXY) merosot 0,44 poin atau 0,48% menuju 91,223. Ini merupakan level terendah sejak 2 Januari 2015 di posisi 91,080. Sepanjang tahun berjalan harga turun 10,74%.
“Sentimen eskternal dan internal yang positif membuat rupiah terapresiasi lebih baik dibandingkan mata uang Asia lainnya,” ujarnya.
Baca Juga
Kemarin rupiah ditutup menguat 122 poin atau 0,92% menuju Rp13.185 per dolar AS setelah diperdagangan di dalam rentang Rp13.174—Rp13.297 per dolar AS. Adapun kurs tengah BI dipatok Rp13.284 per dolar AS.
Mata uang Garuda berhasil mencatatkan level tertinggi sejak 10 November 2016 di posisi Rp13.138 per dolar AS. Sepanjang tahun berjalan rupiah bertumbuh 2,14%.
Dibandingkan mata uang lainnya di Asia, rupiah menguat paling tinggi terhadap dolar AS. Di peringkat kedua, yen meningkat 0,68% pada pukul 16.00 WIB menuju 107,71 per dolar AS. Di bawahnya, rupee naik 0,406% menjadi 63,7862 per dolar AS.
Adapun pada pekan depan, rupiah diperkirakan masih kokoh kendati dolar berpotensi rebound. Mata uang ini diprediksi bergerak di dalam rentang Rp13.100—Rp13.250 per dolar AS.
Sampai akhir 2017 rupiah diperkirakan stabil di kisaran Rp13.200—Rp13.500 per dolar AS. Agenda penting yang menjadi perhatian pelaku pasar ialah rencana Federal Reserve mengetatkan kebijakan moneter melalui kenaikan suku bunga lanjutan dan pengurangan aset sebesar US$4,5 triliun.