Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan sejumlah indeks saham acuan Jepang berakhir melemah pada perdagangan hari ini, Jumat (8/9/2017), tertekan penguatan yen di tengah buruknya sentimen akibat tensi geopolitik dan peristiwa bencana alam.
Indeks Topix hari ini dibuka dengan pelemahan 0,29% atau 4,63 poin di level 1.593,61 dan berakhir turun 0,29% atau 4,70 poin di posisi 1.593,54.
Dari 2.018 saham pada indeks Topix, 676 saham di antaranya menguat, 1.241 saham melemah, dan 101 saham stagnan.
Adapun indeks Nikkei 225 ditutup melemah 0,63% atau 121,70 poin di level 19.274,82, setelah dibuka turun 0,51% atau 98,56 poin di posisi 19.297,96.
Sebanyak 51 saham menguat, 169 saham melemah, dan 5 saham stagnan dari 225 saham pada indeks Nikkei.
Saham Fast Retailing Co. Ltd. yang drop 2,34% menjadi penekan utama terhadap pelemahan Nikkei hari ini, diikuti Daikin Industries Ltd. (-2,38%) dan SoftBank Group Corp. (-0,93%).
Sementara itu, nilai tukar yen menguat 0,66% atau 0,72 poin ke posisi 107,74 per dolar AS pada pukul 13.42 WIB, setelah pada Kamis (7/9) berakhir terapresiasi 0,71% di posisi 108,46.
Yen, sebagai aset safe haven, menguat saat investor mencari perlindungan menyusul uji coba nuklir oleh Korea Utara pada 3 September, gempa bumi berkekuatan 8 Skala Richter (SR) di Meksiko, serta kekhawatiran seputar kerusakan ekonomi yang dapat diakibatkan badai Irma terhadap Florida.
Kelompok sektor perbankan dan makanan pun menjadi penekan terbesar terhadap pelemahan indeks hari ini.
“Penguatan yen yang mencapai di bawah level 108 memicu penjualan pada saham-saham Jepang. Ada kemungkinan bahwa tensi seputar Korea Utara akan bertahan hingga pertengahan Oktober sehingga dapat terus membebani saham,” ujar Yoshinori Ogawa, pakar strategi senior Okasan Securities di Tokyo, seperti dikutip dari Bloomberg.
Di sisi lain, ekonomi Jepang dilaporkan tumbuh lebih rendah dari perkiraan awal pemerintah pada kuartal kedua, akibat terbebani revisi belanja modal perusahaan.
Berdasarkan data Departemen Keuangan Jepang, produk domestik bruto (PDB) meningkat 2,5% pada kuartal kedua dibanding periode yang sama tahun lalu. Seperti dilansir Bloomberg, penurunan belanja modal swasta merupakan faktor terbesar dalam revisi pertumbuhan kuartal kedua Jepang.