Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emiten Lahan Industri Pertahankan Harga Jual

Emiten pengembang kawasan industri memilih mematok harga jual lahan industri dengan tingkat pertumbuhan konservatif, kendati besar harapan akan ada peningkatan permintaan yang signifikan tahun ini.
PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk/Istimewa
PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA—Emiten pengembang kawasan industri memilih mematok harga jual lahan industri dengan tingkat pertumbuhan konservatif, kendati besar harapan akan ada peningkatan permintaan yang signifikan tahun ini.

Berdasarkan catatan bisnis, rata-rata peningkatan harga lahan industri oleh sejumlah emiten cukup bervariasi, tetapi tidak signifikan. Penyesuaian terbatas ini juga turut dipengaruhi oleh capaian penjualan tahun lalu yang di bawah harapan.

Asa Siahaan, Head of Investor Relation PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk. mengungkapkan, tahun ini BEST memutuskan tidak meningkatkan harga jual lahan industri di MM2100 di Bekasi, Jawa Barat.

Emiten dengan kode saham BEST tersebut menjual lahan industri siap bangun di rentang harga antara Rp2,5 juta hingga Rp3 juta per meter persegi. Tahun lalu rata-rata penjualan lahan industri BEST ada di kisaran Rp2,7 juta.

“Harga tidak meningkat, tetapi akan kita sesuaikan berdasarkan lokasi dan luas yang dibeli. Makin strategis tentu makin mahal, tetapi makin luas akan makin murah,” katanya pada Bisnis, dikutip Kamis (6/4/2017).

Asa mengatakan, BEST lebih konservatif memandang prospek bisnis penjualan lahan industri tahun ini, meskipun secara makro ekonomi situasi bisnis tahun ini diperkirakan lebih baik dibandingkan tahun lalu.

Target penjualan masih di kisaran 25 hektar hingga 30 hektar, sama dengan capaian tahun lalu yang mencapai 30,7 hektar. Meski begitu, BEST kemungkinan akan meningkatkan target setelah melihat kinerja dua kuartal awal tahun ini.

Sejak awal tahun, BEST sudah mencatat inquiries dan pernyataan minat serius sekitar 32 hektar, terutama karena ada sebagian industri di Jakarta yang ingin relokasi ke pinggiran Jakarta. Pada Januari, BEST bahkan sudah berhasil menjual tujuh hektar dengan harga Rp2,7 juta per m2.

Archied Noto Pradono, Direktur Pengelolaan Investasi dan Modal PT Intiland Development Tbk. mengatakan, Intiland juga memutuskan tidak mengoreksi harga jual lahan di kawasan industri perseroan di Ngoro Industrial Park, Jawa Timur.

Harga lahan Intiland masih di kisaran Rp1,9 juta hingga Rp2,2 juta per m2, sama dengan tahun lalu. Archied mengatakan, perseroan baru akan mulai menyesuaikan harga lahan industri ketika permintaan mulai meningkat, sementara sejauh ini belum ada penjualan.

Perseroan mencatatkan penjualan terbatas tahun lalu, hanya tujuh hektar. Tahun ini pun perseroan tidak muluk-muluk menetapkan target, yakni hanya 10 hektar, mengingat cadangan lahan siap jual yang tersisa pun hanya sekitar 40 hektar dari 500 hektar izin lokasi di sana. Dari penjualan 10 hektar tersebut, perseroan menargetkan marketing sales Rp185 miliar.

Erlin Budiman, Head of Investor Relation PT Surya Semesta Internusa Tbk. mengatakan, harga jual lahan industri perseroan tahun ini meningkat 20% dibandingkan tahun lalu. Tahun lalu, emiten dengan kode saham SSIA ini berhasil menjual lahan 10,4 hektar lahan dengan harga US$125 per m2.

Perseroan menetapkan harga jual lahan industrinya di harga US$150 per2, atau sekitar Rp2 juta per m2 dengan kurs Rp13.300 per dollar AS. Akan tetapi, harga jual tahun ini sejatinya tidak jauh berbeda dibandingkan harga jual yang ditetapkan perseroan pada 2015 lalu, yang rata-rata senilai US$154,9 per m2.

Artinya, perseroan masih melihat tingkat permintaan lahan industri tahun ini relatif terbatas.

Tahun ini, perseroan menargetkan penjualan lahan dapat meningkat dua kali lipat dari capaian tahun lalu menjadi 20 hektar. Namun, target tersebut sejatinya jauh lebih rendah dibandingkan target tahun lalu yang ditetapkan 30 hektar.

Di sisi lain, cadangan lahan yang tersisa di kawasan industri Surya Cipta milik perseroan di Karawang, Jawa Barat, tersisa sekitar 150 hektar, sehingga sangat membatasi perseroan untuk menjual dalam jumlah besar atau bulk sales.

“Tahun ini lahan industri masih soft, tetapi harusnya sudah mulai titik baliknya. Kita semua berusaha bertahan dan lakukan strategi jemput bola,” Katanya.

Hermawan Wijaya, Direktur PT Puradelta Lestari Tbk. (DMAS) mengatakan, perseroan tahun ini menetapkan harga permintaan lahan industri di kawasan industri GIIC Delta Mas, Cikarang, Jawa Barat, di kisaran Rp2,2 juta hingga Rp2,4 juta per m2.

Namun, jika pembelian dilakukan dalam jumlah besar, harga yang diberikan bisa mencapai Rp1,8 juta per m2. Tahun lalu, harga jual lahan di GIIC juga berkisar pada Rp2,09 juta hingga Rp2,42 juta per m2.

Menurutnya, peningkatan harga jual perlu dilakukan dengan hati-hati, terutama di saat permintaan tengah melemah. Meski DMAS sudah menerima inquiries dari berbagai perusahaan dengna total sekitar 100 hektar, tetapi realisasinya sangat tidak pasti.

Perusahaan yang sudah cukup serius melakukan penawaran pun bisa saja merealisasikan pembelian ke kawasan industri yang lain. Selain itu, jarak antara penawaran dengan eksekusi pembelian bisa sangat lama.

Tahun ini, perseroan tidak mematok target penjualan terlalu tinggi, hanya sekitar 60 hektar, atau meningkat 13,2% dari realisasi tahun lalu 53 hektar. Target ini masih jauh lebih rendah dibandingkan realisasi penjualan 2015 yang mencapai 90 hektar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper