Bisnis.com, JAKARTA—Selama setahun Presiden Joko Widodo dan Muhammad Jusuf Kalla menjabat sebagai orang nomor satu dan dua di Indonesia, kurs rupiah justru ambruk, bahkan menyentuh level terendah sepanjang sejarah sejak 1998.
Berdasarkan data Bloomberg, kurs rupiah terdepresiasi 13,72% atau 1.651 poin dari Rp12.032/US$ pada 20 Oktober 2014 ke level Rp13.683/US$ setahun kemudian.
Di pasar spot, kurs rupiah selama periode setahun kepemimpinan Presiden Jokowi-JK sempat menyentuh level terlemah sepanjang sejarah sejak 1998 yakni pada level Rp14.693/US$ pada 25 September 2015.
Selama periode setahun tersebut, kurs rupiah paling kuat terjadi pada 21 Oktober 2014, sehari setelah Presiden Jokowi-JK dilantik. Saat itu, rupiah berada di level Rp12.001/US$.
Rerata kurs rupiah selama periode setahun kepemimpinan Jokowi-JK mencapai 13.100/US$. Namun, sejak awal tahun ini, kurs rupiah terdepresiasi 9,46%.
Hari ini, kurs rupiah kembali melorot 166 poin dan sempat menembus level psikologis Rp13.700/US$ setelah sehari sebelumnya menguat. Kurs rupiah kembali melemah 1,21% atau 166 poin ke level Rp13.683/US$.
Kurs rupiah sempat menembus level terlemah Rp13.703/US$ dan level terkuat Rp13.591/US$. Pelemahan rupiah seiring dengan melemahnya mata uang di kawasan Asia.
Meski melemah, rupiah tercatat terapresiasi 5,86% dalam sebulan terakhir. Namun, sejak awal tahun, rupiah masih terdepresiasi 9,46%.
Rupiah melemah di tengah kekhawatiran pasar akan perlambatan pertumbuhan ekonomi di China yang menjadi mitra dagang terbesar Indonesia, sehingga bisa membebani kinerja ekspor dalam negeri.
Pertubuhan ekonomi China kuartal III/2015 tumbuh hanya 6,9%, menjadi laju pertumbuhan terlemah sejak tahun 2009. Sementara itu pertumbuhan industri China untuk September juga di bawah perkiraan ekonom.
"Pertumbuhan ekonomi China lemah berarti harga komoditas akan tetap lemah, sehingga tidak akan pertanda baik bagi ekspor Indonesia," kata Agus Yanuar, Kepala Investasi PT Samuel Aset Manajemen seperti dikutip Bloomberg, Selasa (20/10/2015).