Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Arah Saham Astra International (ASII) usai Putuskan Bagi Dividen Rp308 per Lembar

Saham Astra International (ASII) terkoreksi tipis usai emiten konglomerasi tersebut memutuskan untuk menebar dividen senilai Rp308 per lembar.
Aerial foto gedung Menara Astra yang ada di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat. Bisnis/Nurul Hidayat
Aerial foto gedung Menara Astra yang ada di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat. Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Saham PT Astra International Tbk. (ASII) terkoreksi tipis usai emiten konglomerasi tersebut memutuskan untuk menebar dividen tunai tahun buku 2024 senilai Rp308 per lembar.

Berdasarkan data RTI, saham ASII turun 0,41% atau 20 poin ke level Rp4.810 per lembar pada perdagangan sesi II hari ini, Selasa (8/5/2024) hingga pukul 13.43 WIB. Sepanjang sesi, saham ASII sempat menyentuh level tertinggi di harga Rp4.930 dan terendah di harga Rp4.800 per lebar.

Sebanyak 57,4 juta saham ASII ditransaksikan dengan nilai Rp278,7 miliar dan frekuensi transaksi 12.327 kali. Price to earnings ratio (PER) ASII berada di 5,81 kali, semebtara Kapitalisasi pasar perseroan mencapai Rp195,13 triliun.

Sebelumnya, Astra International (ASII) memutuskan akan membagikan dividen tunai tahun buku 2024 kepada investor senilai Rp308 per lembar.

Berdasarkan keputusan rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) ASII hari ini, Kamis (8/5/2025), ASII telah meraup laba bersih sebesar Rp34,05 triliun pada 2024. Raupan laba ASII kemudian akan dimanfaatkan sebagiannya sebagai dividen.

Sebesar Rp16,43 triliun atau Rp406, setiap saham dibagikan sebagai dividen tunai. Tebaran dividen itu termasuk dividen interim yang telah dibagikan ASII sebesar Rp98 per saham pada 31 Oktober 2024. Alhasil, dividen final tahun buku 2024 sebesar Rp308 per saham.

Sementara rasio tebaran dividen Astra itu mencapai 48%. Rasio pembayaran dividen ini dinilai mencerminkan kembalinya persentase rasio pembayaran dividen ke tingkat yang konsisten dengan rasio sebelum distribusi dividen yang lebih tinggi pada 2022 dan 2023.

Namun, total tebaran dividen per saham Astra tahun buku 2024 sendiri lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya atau tahun buku 2023, Rp519 per saham.

Berdasarkan laporan keuangan, laba bersih ASII tumbuh tipis 0,62% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp34,05 triliun, dibandingkan 2023 sebesar Rp33,83 triliun.

Raupan laba Astra pada 2024 itu didorong oleh pendapatan bersih yang naik 4,53% yoy menjadi Rp330,92 triliun pada 2024, dibandingkan 2023 sebesar Rp316,56 triliun.

Sementara itu, berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2025, ASII mencatatkan laba bersih sebesar Rp6,93 triliun per kuartal I/2025, menyusut 7,12% secara tahunan yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp7,46 triliun pada kuartal I/2024.

Meski begitu, ASII mencatatkan pertumbuhan pendapatan bersih 2,64% yoy menjadi sebesar Rp83,36 triliun per kuartal I/2025, dari Rp81,2 triliun pada kuartal I/2024.

Presiden Direktur Astra International Djony Bunarto Tjondro mengatakan laba bersih Astra pada kuartal I/2025 lebih rendah, terutama mencerminkan kondisi ekonomi yang masih lemah dan harga batu bara yang mengalami penurunan dari level tertinggi sebelumnya. 

"Terkait kinerja, walaupun terdapat penurunan pada bisnis otomotif dan bisnis terkait batu bara, penurunan tersebut sebagian diimbangi oleh kinerja yang solid dari bisnis lainnya," kata Djony dalam keterangan tertulis pada Rabu (30/4/2025).

Sejumlah lini bisnis ASII memang berkinerja lesu pada tiga bulan pertama 2025. Laba bersih dari lini bisnis otomotif dan mobilitas misalnya menurun 4% menjadi Rp2,7 triliun, terutama disebabkan oleh volume penjualan yang lebih rendah di tengah pelemahan pasar otomotif nasional.

Laba bersih dari lini bisnis alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi yang digarap PT United Tractors Tbk. (UNTR) juga menurun 30% menjadi Rp2 triliun. Terjadi pelemahan bisnis pertambangan batu bara dan penyedia jasa penambangan.

Analis Ina Sekuritas Arief Machrus mengatakan pelemahan kinerja bisnis ASII pada kuartal I/2025 tidak lepas dari lesunya penjualan otomotif. Ditambah, persaingan pasar meningkat untuk bisnis otomotif, terutama dengan kehadiran pemain baru dari China.

"Namun, kami percaya ASII tetap memiliki posisi yang baik untuk mempertahankan kehadiran yang kuat di seluruh segmen bisnis intinya," ujar Arief dalam risetnya pada Selasa (29/4/2025).

Menurutnya, model bisnis perusahaan yang terdiversifikasi mampu memberikan stabilitas. Lini bisnis ASII seperti jasa keuangan, alat berat, pertambangan, dan agribisnis menawarkan ketahanan pendapatan dalam menghadapi tantangan.

"Ke depannya, divisi jasa keuangan ASII juga bisa menjadi pendorong pertumbuhan utama," kata Arief.

________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ibad Durrohman
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper