Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Bitcoin Merangkak Naik, Mampu Tembus US$90.000?

Harga Bitcoin tercatat telah naik lebih dari 30% sejak halving terakhir pada 20 April 2024.
Gambar Presiden Terpilih AS Donald Trump memegang token Bitcoin di Hong Kong pada Kamis (5/12/2024), menandai harga aset kripto itu yang menyentuh US$100.000. / Bloomberg-Justin Chin
Gambar Presiden Terpilih AS Donald Trump memegang token Bitcoin di Hong Kong pada Kamis (5/12/2024), menandai harga aset kripto itu yang menyentuh US$100.000. / Bloomberg-Justin Chin

Bisnis.com, JAKARTA - Harga Bitcoin (BTC) memperlihatkan tren penguatan yang signifikan dalam beberapa pekan terakhir. Hingga Selasa (22/4/2025) pukul 08.00 WIB, harga Bitcoin diperdagangkan sebesar US$88.300.

Berdasarkan data yang dihimpun Ajaib Sekuritas, angka itu memperlihatkan kenaikan sebesar lebih dari 17% dari level US$74.500 pada 7 April lalu. Hal ini juga menandakan Bitcoin naik sebesar 4% week-to-date (WtD) di tengah meningkatnya tekanan geopolitik dan ketidakpastian kebijakan moneter AS.

Financial Expert Ajaib Panji Yudha menjabarkan bahwa Bitcoin telah naik lebih dari 30% sejak halving terakhir pada 20 April 2024. Menurutnya, halving 2024 itu bahkan memangkas reward mining dari 6,25 BTC menjadi 3,125 BTC. Akan tetapi, efek kelangkaan ini masih menjadi daya tarik tersendiri, ditambah sentimen makro yang terus memanas.

Bahkan, lanjutnya, dominasi pasar Bitcoin kini menyentuh angka tertingginya sejak 2021, yaitu mencapai hingga 63%. Belum lagi, arus dana masuk ke ETF spot Bitcoin di AS tercatat sebesar US$15,85 juta selama 14 April-17 April 2025.

Panji menilai hal itu menandakan bahwa investor institusional dan ritel kembali melihat Bitcoin sebagai aset pelindung nilai.

"Kembalinya aliran dana institusional menunjukkan bahwa Bitcoin semakin dipandang sebagai lindung nilai strategis, bukan hanya sekadar aset spekulatif,” katanya dalam riset, Selasa (22/4/2025).

Dari sisi teknikal, Ajaib Sekuritas mengestimasi sepanjang Bitcoin dapat bertahan di atas US$$85.000, berpotensi untuk menguji MA-100 dan resistance US$91.000.

Panji menjabarkan sejumlah sentimen yang mempengaruhi prospek harga Bitcon ke depan. Salah satunya, ketegangan dagang antara AS dengan China tampak makin serius usai pengumuman tarif balasan oleh China.

Belum lagi, Presiden AS Donald Trump memberikan kritik terhadap Ketua The Fed Jerome Powell dan mengancam akan memecatnya.

"Hal-hal ini yang menjadi faktor yang menciptakan kecemasan dan ketidakpastian yang berhasil menekan pasar ekuitas dan memperkuat daya tarik aset alternatif seperti Bitcoin dan emas."

Dia menambahkan indeks dolar AS (DXY) turun ke level terendah dalam 3 tahun terakhir. Bahkan, dalam 3 bulan terakhir, dolar AS telah melemah 10%.

"Melemahnya dolar dan tekanan geopolitik menjadi bahan bakar baru bagi reli aset alternatif seperti Bitcoin dan emas," kata Panji.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper