Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tinggalkan Level 6.300, IHSG Ditutup Turun 3,31% ke 6.270 Sore Ini

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) makin merosot pada akhir perdagangan sehari sebelum Ramadan, Jumat (28/2/2025).
Dwi Nicken Tari, Annisa Kurniasari Saumi
Jumat, 28 Februari 2025 | 16:19
Warga mengakses data saham menggunakan perangkat komputer jinjing dan telepon pintar di Jakarta, Minggu (2/2/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Warga mengakses data saham menggunakan perangkat komputer jinjing dan telepon pintar di Jakarta, Minggu (2/2/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) makin merosot pada akhir perdagangan sehari sebelum Ramadan, Jumat (28/2/2025).

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup anjlok 3,31% menjadi 6.270 pada Jumat (28/2/2025), resmi meninggalkan level 6.300. Adapun, level IHSG kali ini merupakan yang terendah dalam empat tahun terakhir, sejak 2021.

Sebanyak 91 saham ditutup menguat, 555 saham melemah, dan 146 diperdagangkan stagan. Kapitalisasi pasar di BEI tercatat Rp10.907,42 triliun.

Di sepanjang hari perdagangan, IHSG bergerak pada rentang 6.256 - 6.485. Dalam pekan ini, IHSG hanya sekali ditutup menguat pada Rabu (26/2/2025) dengan kenaikan tipis 0,29% menjadi 6.606.

Bursa Efek Indonesia (BEI) menjelaskan penyebab penurunan yang terjadi terhadap IHSG dalam sepekan terakhir berasal dari sentimen global dan domestik.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Iman Rachman menyampaikan selama sepekan terakhir periode 21-27 Februari 2025, IHSG telah mengalami penurunan 4,67%. Iman memandang banyak hal yang menjadi penyebab penurunan IHSG.

"Selalu bagaimana global, domestik, dan korporasi. Apa yang terjadi di global, perang tarif AS dan mitranya, Trump 2.0 tidak gampang, dan investor asing sekarang masuk ke AS," kata Iman, di Jakarta, Jumat (28/2/2025).

Selain dari ancaman perang dagang, hal lain yang menjadi penyebab penurunan IHSG menurutnya adalah kebijakan Bank Sentral AS, Federal Reserve yang menahan suku bunga acuannya. 

Dari kabar yang berkembang, Bursa melihat Federal Reserve paling banyak akan menurunkan suku bunga sebanyak satu kali tahun ini. Menurut Iman, kabar mengenai suku bunga ini juga sensitif terhadap Bursa. 

Sementara itu, dari sisi korporasi menurut Iman sejumlah korporasi telah merilis laporan keuangannya masing-masing. Meskipun beberapa kinerja emiten mengalami peningkatan, akan tetapi kinerja tersebut berada di bawah konsensus analis. Menurut Iman, hal ini memperparah kondisi pasar.

Di samping itu, lanjutnya, investor asing menurut Iman juga telah melakukan aksi jual bersih hampir Rp19 triliun sejak awal tahun. 

"Tahun lalu asing masih net buy Rp17 triliun, sekarang hanya 2 bulan sudah net sell hampir Rp19 triliun. Sehingga terlihat walaupun indeksnya turun, transaksinya naik," ucap Iman.

Iman menuturkan selama 2,5 tahun terakhir, Bursa telah mencoba memberikan lebih banyak pilihan bagi investor. Salah satunya, Bursa memberikan produk bagi investor untuk melakukan hedging atau lindung nilai melalui instrumen derivatif. 

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper