Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Bertenaga, Nilai Tukar Rupiah Dibuka Melemah ke 16.309

Nilai tukar rupiah dibuka melemah menuju posisi Rp16.309 pada perdagangan hari ini, Jumat (31/1/2025). Pada saat bersamaan, dolar AS mencatatkan penguatan.
Karyawati menghitung dolar di salah satu money changer di Jakarta, Kamis (9/1/2025). Bisnis/Abdurachman
Karyawati menghitung dolar di salah satu money changer di Jakarta, Kamis (9/1/2025). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah menuju posisi Rp16.309 pada Jumat (31/1/2025). Pada saat bersamaan, dolar AS mencatatkan penguatan.

Mengutip Bloomberg, rupiah dibuka melemah 53 poin atau 0,33% ke level Rp16.309 per dolar AS. Adapun, indeks dolar AS menguat 0,32% menuju posisi 108,14.

Sementara itu, mata uang lain di Asia mayoritas melemah. Ringgit Malaysia mengalami pelemahan 0,33% bersama won Korea sebesar 0,88%. Yuan China juga melemah 0,05%, dan rupee India terkoreksi 0,08%.

Pengamat forex Ibrahim Assuaibi memprediksi pelemahan rupiah akan terus berlanjut. dia memperkirakan bahwa rupiah akan mengalami fluktuasi, tetapi ditutup melemah di kisaran Rp16.240 - Rp16.300 per dolar.

Pelemahan rupiah terjadi seiring dengan menguatnya indeks dolar AS. Menurut Ibrahim, pergerakan kurs dipengaruhi oleh sentimen investor terhadap kebijakan bank sentral AS, yakni Federal Reserve atau The Fed.

Pada 30 Januari 2025, The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di kisaran 4,25% - 4,5%. Namun, investor masih mencermati sentimen hawkish, yakni proyeksi bahwa suku bunga akan tetap tinggi berdasarkan hasil pertemuan tersebut.

Ibrahim menilai bahwa keputusan mempertahankan suku bunga acuan menunjukkan bahwa The Fed cenderung menahan kebijakan untuk sementara waktu.

“Mereka menunggu perkembangan inflasi lebih lanjut, data ketenagakerjaan, serta kejelasan dampak kebijakan Presiden Donald Trump,” ujarnya dalam keterangan tertulis pada Kamis (31/1/2025).

Pejabat The Fed juga menegaskan komitmen untuk mempertahankan kebijakan moneter ketat hingga ada keyakinan lebih kuat bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju target 2 persen.

Di sisi lain, mata uang Asia turut mengalami tekanan akibat ketidakpastian kebijakan tarif yang akan diterapkan Trump yang diperkirakan bakal memberlakukan tarif 25% terhadap impor dari Kanada dan Meksiko mulai akhir pekan ini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper