Bisnis.com, JAKARTA — PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI) menetapkan harga penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) sebesar Rp5.550 per saham. Bagaimana valuasi saham AADI dibandingkan dengan emiten batu bara lain?
Dalam prospektus ringkas yang dipublikasikan Kamis (28/11/2024), AADI menyampaikan IPO ini menawarkan sebanyak 778,6 juta saham biasa yang seluruhnya adalah saham baru, dengan nilai nominal Rp3.125 setiap saham, yang mewakili sebesar 10%.
Harga pelaksanaan IPO sebesar Rp5.550 per saham berada di posisi tengah dari rentang harga dalam bookbuilding IPO Adaro Andalan Indonesia sebesar Rp4.590—Rp5.900 per saham. Dengan harga yang ditetapkan sebesar Rp5.550 per saham itu, AADI berpotensi meraih dana segar Rp4,31 triliun dari IPO ini.
Penentuan harga tersebut telah mempertimbangkan berbagai faktor, a.l. kondisi pasar pada saat bookbuilding dilakukan, permintaan investor, kinerja keuangan AADI, prospek usaha dan keterangan mengenai industri perseroan di Indonesia, serta penilaian terhadap direksi dan manajemen, operasi atau kinerja perseroan, baik di masa lampau maupun pada saat ini, serta prospek usaha dan prospek pendapatan di masa mendatang.
Faktor lain yang turut dipertimbangkan ialah penilaian berdasarkan rasio perbandingan price to earnings (P/E) dari beberapa perusahaan publik yang tercatat di bursa efek regional. Harga tersebut juga mempertimbangkan kinerja saham dari perusahaan lain dalam industri sejenis di pasar sekunder.
Dengan penetapan harga penawaran sebesar Rp5.550 setiap saham, rasio price to earnings (P/E) Adaro Andalan Indonesia dengan menggunakan laba bersih periode 30 Juni 2024 yang disetahunkan adalah sebesar 2,27 kali dan price to book value (P/BV) mencapai 1,02 kali.
P/E dan P/BV adalah valuasi dengan pendekatan market relative yang banyak digunakan oleh investor untuk menilai saham perusahaan. Penggunaan market comparables atau multiples dari modal atau ekuitas (P/BV atau PBV) maupun laba (P/E atau PER) hanya merupakan salah satu dari banyaknya pendekatan yang dapat digunakan dalam merefleksikan valuasi perusahaan.
“Jika dibandingkan dengan P/E rata-rata perusahaan publik tercatat di industri sejenis yang sebesar 5,83 kali, P/E perseroan cenderung lebih rendah, yang menunjukkan bahwa harga penawaran saham perseroan yang ditawarkan cukup menarik,” tulis manajemen AADI dalam prospektus ringkasnya.
Analis Samuel Sekuritas Farras Farhan dan Hernanda Cahyo menyampaikan rentang harga IPO AADI dalam bookbuilding di kisaran Rp4.590—Rp5.900 mencerminkan proyeksi valuasi P/E pada 2024 sebesar 1,41 kali hingga 1,68 kali.
“Posisi AADI itu menjadi saham yang undervalue dibandingkan dengan rata-rata P/E beberapa emiten di sektor batu bara sebesar 5,6 kali,” jelasnya dalam riset, baru-baru ini.
Sebagai pembanding, Samuel Sekuritas memperkirakan P/E pada 2024 untuk saham UNTR sebesar 5,0 kali, BUMI 60,3 kali, PTBA 7,6 kali, dan ITMG 5,6 kali. Sementara itu, proyeksi P/BV pada 2024 untuk UNTR sebesar 1 kali, BUMI 1,3 kali, PTBA 1,6 kali, dan ITMG 0,9 kali.
Lebih lanjut, AADI memperkirakan volume penjualan batu bara sepanjang tahun ini naik 8,5% secara tahunan menjadi 66 juta ton dengan stripping ratio 4,3 kali. Jumlah itu berpotensi menghasilkan laba bersih US$1,7 miliar pada 2024 atau melonjak 52,1% secara tahunan.
Berikut rasio P/BV dan P/E Emiten Batu Bara sebagai pembanding AADI:
Kode Saham |
P/E (kali) |
P/BV (kali) |
BUMI |
9,49 |
1,08 |
PTBA |
5,22 |
1,45 |
INDY |
5,88 |
0,33 |
BYAN |
41,38 |
16,36 |
ITMG |
6,39 |
0,93 |
AADI |
2,27 |
1,02 |