Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup menguat ke level 7.626,95 pada perdagangan hari ini, Selasa (15/10/2024), didorong oleh kenaikan harga saham AMMN, BMRI, BBCA, TPIA, dan TLKM.
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG membukukan penguatan sebesar 0,89% atau 67,29 poin ke level 7626,95. IHSG dibuka di level 7.559,65 pada perdagangan hari ini dan bergerak di rentang 7.573,45 hingga 7.635,04.
Nilai transaksi mencapai Rp10,39 triliun dengan volume saham mencapai 22,66 miliar saham dan transaksi ditutup dengan frekuensi 1,27 juta kali.
Penguatan IHSG didorong oleh apresiasi sejumlah saham berkapitalisasi pasar jumbo. Salah satunya, emiten kongsi Keluarga Panigoro dan Grup Salim PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) yang menguat 3,79% ke level Rp9.825 per saham. AMMN menghimpun transaksi dengan nilai Rp373,8 miliar yang melibatkan 38,3 juta saham.
Selanjutnya, saham big banks PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) naik 1,81% ke level Rp7.050, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) naik 1,19% ke level Rp10.625, saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) naik 1,38% ke level Rp5.500, dan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) terapresiasi 0,41% ke posisi Rp4.920 per saham.
Saham PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) turut mendorong penguatan IHSG. Dua saham tersebut masing-masing terapresiasi 1,74% dan 1,38% pada hari ini.
Selain itu, emiten afiliasi Garibaldi ‘Boy’ Thohir & TP Rachmat ESSA mencatatkan penguatan harga saham 2,14% ke level Rp955 per saham. ESSA menghimpun transaksi dengan nilai Rp28,6 miliar saham yang melibatkan 30,1 juta saham.
Saham INDF mencatatkan penguatan harga saham 2,13% ke level Rp7.200 per saham. INDF menghimpun transaksi dengan nilai sebesar 150% ke level Rp7.200 per saham.
Di sisi lain, indeks komposit kali ini ditekan pelemahan kinerja PT Timah Tbk. (TINS), PT. Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), hingga PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) yang masing-masing terkoreksi 3,5%, 2,64%, dan 2,24%.
Pergerakan IHSG pada hari ini turut dibayangi oleh rilis data ekonom neraca perdagangan Indonesia dan berlanjutnya pemanggilan calon menteri, wakil menteri, dan kepala badan untuk mengisi kabinet Prabowo-Gibran.
Sebelumnya, neraca perdagangan Indonesia masih mempertahankan tren surplus hingga 53 bulan berturut-turut. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa surplus neraca dagang September 2024 senilai US$3,26 miliar.
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan bahwa dengan realisasi itu, neraca dagang Indonesia terus mempertahankan tren surplus sejak Mei 2020. Ekspor per September 2024 tercatat senilai US$22,08 miliar, dengan nilai impor yang lebih kecil sehingga surplus terjaga.
"Total nilai impor mencapai US$18,82 miliar atau turun 8,91% dari bulan Agustus 2024," ujar Amalia dalam konferensi pers pada Selasa (15/10/2024).
Surplus neraca dagang Indonesia per September 2024 itu tercatat naik US$0,48 miliar secara bulanan. Surplus itu lebih tinggi dari Agustus 2024 senilai US$2,89 miliar, tetapi lebih kecil dari posisi September 2023 senilai US$3,41 miliar.
Secara kumulatif atau sepanjang periode Januari—September 2024, ekspor tercatat senilai US$192,85 miliar dan impor senilai US$170,87 miliar, sehingga surplus neraca dagang barang Indonesia periode Januari—September 2024 mencapai US$21,98 miliar.
Sementara itu, Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan untuk pekan ini atau jelang bergulirnya pemerintahan baru, ada peluang aliran modal masuk ke pasar saham meskipun sedikit. Hal ini mengingat IHSG mengalami penurunan dari titik tertingginya yang sudah signifikan dan berada di area support ideal.
"Stimulus China juga angka pasti yang dikeluarkan belum jelas. Kondisi ini bisa membuat asing masuk sementara ke pasar domestik," ujar Sukarno kepada Bisnis,Selasa (15/10/2024).
Menurutnya, saham-saham yang bisa menjadi pendongkrak dana masuk di antaranya sektor infrastruktur dan properti. Apalagi, sektor properti mendapatkan sentimen positif dari adanya stimulus.
Akan tetapi, menurutnya, terdapat tantangan yang juga mesti dihadapi. Bank sentral China, People Bank of China (PBoC) bisa saja mengumumkan pemberian stimulus tambahan yang membuat aliran menjadi keluar kembali atau net sell di Bursa Efek Indonesia.