Bisnis.com, JAKARTA - Prospek panen minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) di Indonesia telah meredup karena cuaca kering dan pohon-pohon tua menghambat produksi, yang kemungkinan akan memperketat pasokan global dan menjaga harga tetap tinggi.
Mengutip Bloomberg pada Selasa (27/8/2024), produksi minyak kelapa sawit pada tahun ini diperkirakan akan tetap atau 5% lebih rendah dibandingkan tahun 2023, menurut perkiraan dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) dan Dewan Kelapa Sawit Indonesia. Kelompok industri, yang mewakili produsen dan penyulingan, sama-sama memperkirakan adanya peningkatan pada awal tahun ini.
AS memperkirakan cadangan minyak sawit global sedang menuju titik terendah dalam tiga tahun terakhir dan negara produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia, Malaysia, juga menghadapi masalah pasokan karena pohon-pohon tua dan kekurangan tenaga kerja. Minyak tropis digunakan dalam berbagai produk mulai dari sabun hingga es krim dan bahan bakar.
Menurut data dari asosiasi kelapa sawit, Indonesia menghasilkan rekor produksi sebesar 54,84 juta ton minyak sawit pada 2023 setelah penurunan produksi selama tiga tahun. GAPKI memperkirakan produksi tahun ini sebesar 52 juta hingga 53 juta ton.
Sekitar sepertiga wilayah penghasil kelapa sawit utama di Indonesia mengalami curah hujan lebih rendah dari biasanya pada bulan Juli, termasuk Sumatera dan sebagian Kalimantan, kata M. Hadi Sugeng, Sekretaris Jenderal GAPKI.
Tren ini diperkirakan akan berlanjut bulan ini, tambahnya. Kelompok ini memperkirakan produksi akan stabil hingga 5% lebih rendah tahun ini, dibandingkan dengan proyeksi kenaikan 5% pada bulan Februari.
Baca Juga
Dinas Pertanian Luar Negeri AS memperkirakan produksi minyak sawit Indonesia dari bulan Januari hingga Juni mengalami penurunan sebesar 2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menurut sebuah laporan awal bulan ini. Kekeringan menyebabkan pohon menghasilkan lebih banyak bunga jantan dan menurunkan volume tandan buah segar, katanya.
Minyak sawit berjangka acuan naik 1,1% menjadi 3.966 ringgit pada istirahat tengah hari di Kuala Lumpur, memperpanjang kenaikan untuk sesi kelima, reli terpanjang sejak awal Juli. Kekhawatiran tentang ketatnya pasokan mendukung harga, kata Paramalingam Supramaniam, Direktur Broker Pelindung Bestari yang berbasis di Selangor.
Adapun, penuaan pohon kelapa sawit terus menjadi masalah yang terus-menerus terjadi pada industri ini. Bagi sebagian besar petani kecil di Indonesia, usia perkebunan mereka sudah lebih dari 25 tahun dan mereka sangat membutuhkan pembaruan untuk membantu meningkatkan produksi, kata Sahat Sinaga, penjabat ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia.
Produksi buah segar telah merosot hingga 700 kilogram per hektar di beberapa perkebunan, dari 830 kilogram, kata Sinaga. Dewan memperkirakan output Indonesia tahun ini akan turun sebesar 3%, dibandingkan dengan perkiraan kenaikan pada bulan Januari.
“Saya sangat prihatin, kejayaan Indonesia di bidang kelapa sawit bisa memudar jika tidak ada yang menyadari masalah ini,” kata Sinaga, merujuk pada perkebunan yang menua.