Bisnis.com, JAKARTA — Emiten otomotif, PT Astra International Tbk. (ASII) dan PT Indomobil Sukses Internasional Tbk. (IMAS) dinilai berpotensi membukukan kinerja yang lebih baik pada semester II/2024 sejalan dengan ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan yang menjadi katalis positif pembelian kendaraan.
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, kinerja emiten-emiten otomotif cenderung tertekan pada semester I/2024. Laba bersih ASII, misalnya, turun 9,12% year-on-year (YoY) menjadi Rp15,85 triliun pada 6 bulan pertama 2024.
Senada, IMAS juga mencatatkan kinerja laba yang amblas 87,97% YoY menjadi Rp39,46 miliar hingga periode Juni 2024.
Kinerja emiten dealer mobil juga melesu pada paruh pertama tahun ini. Laba PT Bintang Oto Global Tbk. (BOGA) amblas 72,11% YoY menjadi Rp2,79 miliar, laba PT Putra Mandiri Jembar Tbk. (PMJS) turun 45,34% YoY menjadi Rp57,12 miliar, dan laba PT Industri dan Perdagangan Bintraco Dharma Tbk. (CARS) turun tipis 1,95% YoY menjadi Rp77,39 miliar pada semester I/2024.
Di saat kinerja keuangan jeblok, harga saham deretan emiten otomotif pun amblas. Harga saham ASII jeblok 10,62% sepanjang tahun berjalan (year-to-date/YtD) hingga sesi pertama perdagangan Kamis (22/8/2024) berakhir.
Pada saat yang sama, harga saham IMAS juga turun 7,89%, BOGA 29,11%, PMJS 19,01%, serta CARS 18% sepanjang tahun berjalan.
Analis Kiwoom Sekuritas Vicky Rosalinda mengatakan laba deretan emiten otomotif memang lesu disebabkan perekonomian Indonesia yang belum stabil sehingga memengaruhi daya beli masyarakat. Selain itu, ada isu kredit yang selektif seiring dengan tren suku bunga acuan yang tinggi.
Penjualan mobil domestik secara wholesales mencapai 72.936 unit pada Juni 2024, turun 11,8% YoY. Lalu, penjualan ritel mencapai 70.198 unit, turun 12,3% YoY.
Sementara itu, penjualan secara wholesales sepanjang semester I/2024 menembus 408.012 unit, turun 19,4% YoY. Selanjutnya, penjualan mobil secara ritel sepanjang semester I/2024 mencapai 431.987 unit, turun 14% YoY.
Meski begitu, dia melihat ada peluang perbaikan kinerja emiten otomotif pada paruh kedua 2024.
"Emiten otomotif masih memiliki peluang untuk perbaikan kinerja keuangan dan kinerja sahamnya pada semester II/2024, melihat dari sentimen positif adanya potensi pemangkasan suku bunga The Fed yang diikuti oleh penurunan suku bunga Bank Indonesia," ujar Vicky kepada Bisnis pada Kamis (22/8/2024).
Sebagaimana diketahui, The Fed masih menahan suku bunga acuannya atau Fed Fund Rate (FFR) di kisaran 5,25%-5,5%, dan mengisyaratkan akan memangkas suku bunga pada September 2024. Penurunan suku bunga The Fed akan diikuti oleh penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia.
"Adanya pemangkasan suku bunga dapat mendorong kinerja emiten otomotif sehingga kinerja sahamnya kembali menarik dilirik oleh para investor," ujarnya.
Rekomendasi Analis untuk Saham Otomotif
Selain pemangkasan suku bunga, sentimen positif lainnya yaitu adanya strategi-strategi baru untuk mencapai perbaikan kinerja, potensi pemulihan ekonomi, kredit kendaraan yang murah, serta minat konsumen terhadap kendaraan meningkat.
Akan tetapi, beberapa tantangan akan dihadapi emiten otomotif pada semester II/2024, yakni persaingan yang ketat dan ketidakapastian ekonomi global.
Kiwoom Sekuritas memberikan rekomendasi trading buy untuk saham ASII dengan target harga Rp5.300 per saham. Kemudian, IMAS direkomendasikan trading buy dengan target harga Rp1.355 per saham.
Terpisah, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta juga mengatakan peluang pemulihan kinerja deretan saham otomotif pada semester II/2024 terbuka lebar setelah sentimen penurunan suku bunga acuan menguat.
"Sebenarnya terkait dengan penopang permintaan kendaraan, khususnya kredit kendaraan sangat ditentukan kebijakan bank sentral yang menerapkan pelonggaran," ujar Nafan kepada Bisnis pada Selasa (20/8/2024).
Nafan merekomendasikan accumulative buy untuk ASII dengan target harga Rp5.075 per saham. Lalu, IMAS direkomendasikan hold dengan target harga Rp1.275 per saham.
---------
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.