Bisnis.com, JAKARTA - Mayoritas saham yang baru melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau initial public offering (IPO) mencatatkan koreksi harga signifikan alias boncos sepanjang semester I/2024.
Para analis memproyeksikan tren pencatatan saham perdana atau IPO masih akan lesu pada semester II/2024, seiring dengan pengaruh dari berbagai sentimen baik dari domestik maupun global.
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, totalnya ada 25 saham baru yang melantai di BEI sejak awal tahun, dari periode 5 Januari hingga 10 Juni 2024. Kendati demikian, ada 14 saham yang mengalami penurunan harga, 1 saham stagnan, dan 10 saham sisanya menguat.
Mayoritas saham baru tersebut tercatat di papan pengembangan, berikutnya ada dua saham yang masing-masing tercatat di papan utama dan akselerasi. Sementara itu, satu saham lainnya tercatat di papan pemantauan khusus, yakni PT Xolare RCR Energy Tbk. (SOLA).
"Kami melihat lesunya tren IPO ini akan berlangsung hingga semester II/2024 seiring dengan masih akan tertahannya suku bunga acuan di level tinggi untuk jangka waktu yang lebih panjang," ujar Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi kepada Bisnis, Selasa (2/7/2024).
Adapun, Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed) masih menahan suku bunga di kisaran 5,25%-5,5%, dan mengisyaratkan hanya ada satu kali pemangkasan tahun ini. Begitu pun dengan Bank Indonesia (BI) yang menahan suku bunga di level 6,25%.
Menurut Audi, pada akhirnya emiten yang IPO saat ini cenderung berkapitalisasi pasar sedang hingga kecil, karena kekhawatiran emiten jumbo saat ini akan tidak terserapnya target pendanaan dari IPO oleh investor jika memaksakan pada kondisi sekarang ini.
Mengacu data RTI pada Selasa (2/7/2024), IHSG melemah 0,20% ke level 7.125,14, sedangkan secara year-to-date (YtD) IHSG juga terkoreksi 2,03%. Investor asing pun masih mengakumulasikan net sell sebesar Rp7,54 triliun secara YtD per 1 Juli 2024.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Adityo Nugroho menambahkan tren penggalangan dana korporasi melalui IPO saham diprediksi baru akan ramai pada tahun depan atau 2025.
Pasalnya, menurut dia untuk saat ini perusahaan akan wait and see terlebih dahulu sembari menunggu transisi pemerintahan baru. Adapun, Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka akan dilantik pada Oktober 2024.
"Bisa jadi calon emiten masih wait and see, sambil menunggu kebijakan-kebijakan pemerintah baru nanti di bidang ekonomi akan seperti apa," ujar Adityo kepada Bisnis.
Saham yang Bakal IPO Semester II 2024
Berdasarkan data pipeline BEI hingga 25 Juni 2024, terdapat 31 perusahaan yang antre untuk melakukan IPO dan sedang dalam tahap evaluasi oleh BEI.
Sebagian besar calon emiten yang antre dalam pipeline IPO itu memiliki aset berskala menengah. Adapun, sebanyak 8 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp250 miliar yang antre IPO, sedangkan 6 perusahaan lainnya memiliki aset skala kecil di bawah Rp50 miliar.
Sementara itu, 17 perusahaan lainnya memiliki aset skala menengah di antara Rp50 miliar hingga Rp250 miliar yang masih antre untuk listing di Bursa.
Alhasil, BEI pun menyampaikan akan terus berupaya agar emiten-emiten berkualitas dengan prospek bisnis yang positif dapat melantai di pasar modal. Hingga akhir 2024, BEI menargetkan ada 62 emiten yang mencatatkan saham perdana di pasar modal, termasuk tiga perusahaan lighthouse atau mercusuar.
Deretan Saham IPO yang Boncos
Perlu diketahui, mayoritas saham emiten baru mencatatkan koreksi harga signifikan, bahkan hingga turun -80% sepanjang semester I/2024. Dari 25 emiten baru, hanya ada 10 saham yang menguat.
Adapun, saham yang mencatatkan penurunan harga paling dalam yakni PT Mitra Pedagang Indonesia Tbk. (MPIX) yang ambles -80,60% ke level Rp52 per saham per 1 Juli 2024, dari harga IPO di level Rp268 pada 7 Februari 2024. Kala itu, MPIX meraup dana IPO Rp83,75 miliar.
Selanjutnya, PT Bersama Mencapai Puncak Tbk. (BAIK) atau Ayam Goreng Nelongso juga mencatatkan koreksi -80,22% dari harga IPO Rp278 pada 15 Februari 2024, ke posisi Rp55 per saham pada 1 Juli 2024. BAIK meraih dana hasil IPO sebesar Rp62,55 miliar.
PT Sinergi Multi Lestarindo Tbk. (SMLE) juga terkoreksi -68% dari harga IPO Rp175 per saham ke pada 10 Januari ke posisi Rp56 per saham per 1 Juli. Disusul saham PT Citra Nusantara Gemilang Tbk. (CGAS) yang ambles -60,65% ke posisi Rp133 per saham.
Berturut-turut, PT Xolare RCR Energy Tbk. (SOLA), PT Griptha Putra Persada Tbk.(GRPH), dan PT Topindo Solusi Komunika Tbk. (TOSK) mencatatkan pelemahan masing-masing sebesar -58,18%, -51,46%, dan -51,20%.
-----------------
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.