Bisnis.com, JAKARTA - Emas dipilih sebagai favorit utama oleh JPMorgan Chase & Co. di pasar komoditas dengan harga yang ditaksir mencapai US$2.500 per ounce pada 2024.
Proyeksi tersebut diungkapkan oleh kepala riset komoditas perusahaan, Natasha Kaneva dalam wawancara Bloomberg TV dengan taksiran harga tersebut diyakini dapat disentuh menimbang emas batangan sempat mencapai titik tertinggi.
“Kami percaya bahwa US$2.500 adalah suatu kemungkinan,” terangnya, karena pasar yang cenderung terlalu bersemangat dan emas yang mencapai titik tertinggi pada Jumat (8/3/2024) yakni menyentuh US$2.195,15, dikutip dari Bloomberg pada Kamis (14/3).
Untuk mencapai target tersebut, Kaneva mengatakan perlu untuk mengetahui konfirmasi dari berlanjutnya moderasi inflasi dan jumlah lapangan kerja serta konfirmasi bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed memang melakukan pemangkasan.
Adapun, peralihan The Fed ke arah kebijakan yang lebih longgar diperkirakan dapat meningkatkan daya tarik emas dibandingkan aset-aset yang menghasilkan imbal hasil lain, seperti obligasi.
Para pengambil kebijakan mengatakan bahwa pihaknya perlu melihat banyak bukti lebih lagi, untuk memastikan bahwa inflasi sedang mengarah pada target 2% sebelum memangkas suku bunga.
Baca Juga
Berdasarkan catatan Bisnis, emas batangan kini didukung oleh faktor-faktor jangka panjang, contohnya, pembelian besar-besaran dari bank sentral di pasar berkembang yang dipimpin China.
Risiko geopolitik juga menjadi salah satu faktor, menimbang ketegangan di Timur Tengah yakni Gaza dan Laut Merah, serta perang Rusia di Ukraina. Hal ini menekankan daya tarik emas sebagai aset lindung nilai (safe haven).
“Inflasi ringan masih mendukung karena pasar percaya The Fed masih akan melakukan pemotongan pada bulan Juni karena angka ini tidak cukup buruk untuk menggagalkan pandangan tersebut,” jelas kepala strategi logam di MKS PAMP SA yang berbasis di Jenewa, Nicky Shiels.