Bisnis.com, JAKARTA - Harga komoditas batu bara berjangka kontrak Maret 2024 di ICE Newcastle pada perdagangan Kamis (15/2/2024) mencatatkan kenaikan sebesar 0,28% atau 0,35 poin ke level 123,75 per metrik ton. Kemudian, kontrak pengiriman April 2024 juga menguat sebesar 0,20% atau 0,25 poin ke level 123,85 per metrik ton.
Mengutip Reuters, batu bara tampaknya akan tetap memegang peranan penting dalam sistem ketenagalistrikan China di masa mendatang. Lonjakan permintaan listrik akan membuat negara itu memilih batu bara sebagai energi utama bagi pembangkit.
Batu bara sendiri secara tahunan akan mengalami penurunan penggunaan pada periode Maret dan April setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan penggunaan pemanas menurun setelah musim dingin.
Namun, meskipun pembangkit listrik tenaga batu bara di luar China berkurang pada musim semi ini, total penggunaan batu bara global masih dapat meningkat karena tingginya pemanfaatan batu bara di China.
Negeri Tirai Bambu tersebut diketahui menyumbang hampir 60% penggunaan batu bara di seluruh dunia untuk pembangkit listrik. Dengan semakin banyak penggunaan batu bara di China, maka semakin banyak pula penggunaan bahan bakar listrik di dunia secara global .
Baca Juga
Harga Minyak Sawit CPO
Harga CPO atau minyak kelapa sawit di Bursa Derivatif Malaysia pada Maret 2024 melemah -19 poin menjadi 3.908 ringgit per metrik ton. Kemudian, kontrak April 2024 juga melemah sebesar -16 poin menjadi 3.859 ringgit per metrik ton.
Mengutip Reuters, harga minyak sawit berjangka Malaysia telah menurun pada Kamis (15/2) lantaran terbebani oleh melemahnya minyak kedelai saingan Chicago, penurunan ekspor dan koreksi harga minyak mentah.
Seorang dealer yang berbasis di Kuala Lumpur menuturkan bahwa produksi minyak sawit Malaysia menurun. Namun, penurunan ekspor menurun lebih dalam lagi sehingga menurunkan harga.
Adapun, dua surveyor kargo melaporkan bahwa ekspor minyak sawit Malaysia pada 1-15 Februari telah menurun 10,8%, yakni menjadi 17% dibandingkan bulan sebelumnya.
“Minyak sawit berada di bawah tekanan karena melemahnya harga minyak saingannya, terutama minyak kedelai. Minyak mentah juga turun,” jelas manajer perdagangan di perusahaan perdagangan Kantilal Laxmichand & Co yang berbasis di Mumbai, Mitesh Saiya.
Kemudian, unggulnya minyak sawit dibandingkan minyak lainnya juga dinilai membatasi permintaan. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT), BOc2 turun 1,09%.
Menurut analis teknikal Reuters, Wang Tao, harga minyak sawit mungkin akan menurun ke kisaran 3.916-3.925 ringgit per metrik ton, lantaran menghadapi zona resistensi yang kuat di kisaran 3,964- 3,967 ringgit.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Ringgit malaysia ditutup menguat 0,12% terhadap dolar AS pada Kamis (15/2). Ringgit yang menguat membuat minyak kelapa sawit kurang menarik bagi pemegang mata uang asing.