Bisnis.com, JAKARTA - Harga batu bara menguat ketika China melaporkan impor November 2023 yang meningkat dibandingkan bulan sebelumnya.
Berdasarkan data Bloomberg, batu bara ICE Newcastle kontrak Januari 2024 pada perdagangan Kamis (7/12/2023) menguat 5,11% atau 7,25 poin ke level US$149,25 per metrik ton. Adapun, kontrak untuk Desember 2023 ditutup menguat 5,91% atau 8,30 poin ke level US$148,75 per metrik ton,
Mengutip Reuters, Jumat (8/12) Data bea cukai pada Kamis (7/12) melaporkan bahwa impor batu bara China pada November 2023 naik 20,9% dari bulan sebelumnya. Hal ini dikarenakan para pembeli memanfaatkan batu bara impor yang lebih murah untuk persediaan musim dingin.
Berdasarkan data dari Administrasi Umum Bea Cukai China, Negeri Tirai Bambu tersebut, selaku pembeli batu bara terbesar di dunia, telah mengimpor 43,51 juta ton pada November 2023, meningkat 34,7% jika dibandingkan pada bulan yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).
Adapun, total impor batu bara China dalam 11 bulan pertama tahun ini mencapai 427,14 juta ton atau naik 62,9% (yoy).
China juga diketahui akan membentuk sistem cadangan produksi batu bara pada 2027 untuk menstabilkan harga dan memastikan pasokan batu bara yang cukup.
Tidak diketahui rincian bagaimana sistem tersebut akan bekerja, namun disebutkan bahwa tujuannya adalah untuk mencapai 300 juta metrik ton produksi batu bara tahunan, yang “dapat dikirim” pada 2030.
Berdasarkan catatan Bisnis, terdapat juga perdebatan di COP-28 mengenai masa depan bahan bakar fosil. Arab Saudi menuturkan bahwa mereka tidak akan menyetujui pengurangan energi kotor, sehingga menimbulkan pertanyaan bagi banyak pihak.
Harga CPO
Harga kontrak acuan crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit di bursa derivatif Malaysia pada Februari 2024 menurun -20 poin menjadi 3,699 ringgit per metrik ton. Kemudian, untuk kontrak Desember 2023 juga melemah -24 poin menjadi 3,578 ringgit per metrik ton.
Minyak sawit berjangka kelapa sawit Malaysia melanjutkan penurunan lima hari berturut-turut pada hari Kamis (7/12), menjadi rangkaian kerugian terpanjang sejak pertengahan September 2023. Pelemahan ini mengikuti pelemahan minyak nabati dan minyak mentah, namun pelemahan ringgit membatasi penurunan.
Kontrak Februari 2023 telah mencapai level terendah dalam lebih dari enam minggu pada 3.641 ringgit per metrik ton pada hari sebelumnya, sebelum mengurangi pelemahannya.
"Pasar eksternal telah pulih dari kerugian sebelumnya dan pasar berada dalam kondisi oversold (jenuh jual), sehingga terjadi pemantulan korektif ," jelas seorang pedagang yang berbasis di Kuala Lumpur, dan menambahkan bahwa pelemahan ringgit Malaysia memberikan beberapa dukungan.
Indonesia akan melanjutkan kewajiban pencampuran biodiesel sebesar 35% pada 2024 an telah mengalokasikan 13,41 juta kiloliter biodiesel untuk tahun depan. Adapun angka tersebut lebih tinggi dari 13,15 juta yang dialokasikan untuk 2023.
Minyak sawit di pasar minyak nabati Eropa turun untuk hari ketiga berturut-turut pada hari Rabu (6/12), menyusul penurunan harga minyak sawit berjangka di Malaysia. Harga jual untuk minyak kelapa sawit berkisar antara tidak berubah hingga turun US$17,50 per ton.
Kontrak minyak kedelai paling aktif di Dalian, DBYcv1 , turun 0,9%. Kontrak minyak sawit, DCPcv1, turun 1,06 %. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) BOc2 naik 1,42 %.
Analis teknis Reuters, Wang Tao, menuturkan bahwa minyak kelapa sawit FCPOc3 mungkin akan berada dalam kisaran 3.630-3.640 ringgit per metrik ton, seperti yang disarankan oleh analisis retracement dan proyeksi.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai mata uang ringgit terhadap dolar melemah 0,13% pada penutupan Kamis (7/12). Ringgit yang lebih lemah membuat minyak kelapa sawit lebih menarik bagi pemegang mata uang asing.