Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat hari ini, Selasa (25/7/2023) diprediski berfluktuasi namun akan ditutup melemah pada rentang Rp15.010-Rp15.080, menjelang pengumuman tingkat suku bunga sejumlah bank sentral pada pekan ini, termasuk Bank Indonesia dan The Fed.
Pada penutupan perdagangan Senin (24/7/2023), rupiah ditutup menguat tipis 0,5 poin ke Rp15.026 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar Amerika Serikat terpantau menguat ke 100,97 dibandingkan dengan posisi pembukaan di 100,83.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengemukakan rupiah cenderung tertekan menjelang FOMC Meeting 25—26 Juli 2023. Bank Sentral Amerika Serikat diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada Juli dan September 2023.
“Selain itu dari dalam negeri kebutuhan impor, terutama bahan bakar minyak juga meningkat di tengah libur sekolah. Rupiah diprediksi di kisaran Rp14.900—Rp15.300 dalam jangka pendek terhadap dolar AS,” kata David ketika dihubungi, Senin (24/7/2023).
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menambahkan, sentimen juga datang dari Pemerintah China yang memberikan sinyal tentang lebih banyak dukungan kebijakan, tetapi hal tersebut tidak banyak membantu sentimen yang lemah atas ketidakpastian dari rencana The Fed tentang suku bunga.
Menurutnya, investor menjadi ragu dan enggan berinvestasi pada aset berisiko karena ketidakpastian atas rencana bank sentral AS terkait suku bunga di masa depan.
Baca Juga
Pada hari Rabu, lanjutnya, Bank Sentral AS diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis points. Namun, belum jelas apakah hal tersebut menandakan adanya kenaikan suku bunga lebih lanjut tahun ini, karena inflasi di AS masih cenderung lebih tinggi dari target tahunan.
Sementara itu, Bank Sentral Jepang (BOJ) memberikan sedikit sinyal untuk memperketat kebijakan moneter mereka yang sangat longgar dalam waktu dekat. BOJ diperkirakan akan mempertahankan suku bunga.
Minggu ini, perhatian juga tertuju pada pertemuan Bank Sentral Eropa pada hari Kamis, di mana bank tersebut diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 0,25 persen.
Pasar juga memperhatikan janji pemerintah China untuk memberlakukan lebih banyak langkah mendukung investasi swasta di negara tersebut. Pada hari Senin, Pemerintah China mengumumkan perusahaan swasta akan diizinkan masuk ke sektor transportasi, penerbangan, dan infrastruktur lainnya, serta akan ada kebijakan untuk memudahkan investasi di China.
Pejabat-pejabat China juga berjanji untuk meningkatkan langkah-langkah likuiditas setelah pertumbuhan ekonomi melambat tajam di kuartal kedua.
Dari dalam negeri, para ekonom memperkiraan pertumbuhan ekonomi di tahun 2023 masih akan bertahan di atas konsensus, yaitu sebesar 5,1 persen. Perkiraan tersebut sejalan dengan hasil produk domestik bruto (PDB) kuartal I/2023 yang lebih kuat dari perkiraan awal.
Konsumsi rumah tangga yang akan terus meningkat di semester II/2023 diperkirakan akan menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi untuk terus membaik hingga saat ini. Hal tersebut didorong oleh inflasi yang rendah, aktivitas perekonomian yang kembali normal, serta peningkatan belanja pemilu.
Di samping itu, perkiraan rata-rata inflasi tahun 2023 untuk Indonesia menjadi 3,9 persen dari sebelumnya 4,1 persen, telah mencerminkan inflasi secara ytd yang lebih rendah dari perkiraan, sehingga ekspektasi terkait inflasi makanan akan relatif stabil.
Adapun untuk perdagangan hari ini, Ibrahim memprediksi mata uang rupiah bergerak fluktuatif, tetapi ditutup melemah di rentang Rp15.010-Rp15.080.
Rupiah menguat 0,14 persen atau 21,50 poin ke Rp15.005 per dolar AS pada 13.12 WIB.
Sementara itu, indeks dolar AS turun 0,04 persen atau 0,04 poin ke 101,30.
Rupiah menguat 0,15 persen atau 22,50 poin ke Rp15.004 per dolar AS pada 11.12 WIB.
Sementara itu, indeks dolar AS turun 0,08 persen atau 0,08 poin ke 101,26.
Rupiah dibuka menguat 0,16 persen atau 23,50 poin ke Rp15.003 per dolar AS pada awal perdagangan.
Sementara itu, indeks dolar AS turun 0,05 persen atau 0,05 poin ke 101,29.