Bisnis.com, JAKARTA — Kalangan pelaku usaha startup digital tampaknya perlu menghitung ulang strategi penggalangan modalnya, mengingat pasar modal yang selama ini diimpi-impikan menjadi tujuan pamungkas bagi tahapan pendanaan startup justru kurang mengapresiasi saham startup.
Aksi initial public offering (IPO) merupakan tujuan yang disasar oleh banyak pelaku startup, baik sebagai milestone penting bagi perjalanan bisnisnya, maupun sebagai gerbang untuk exit atau merealisasikan keuntungan investasi pendiri dan investor awal.
Namun, belakangan ini, euforia IPO startup justru memudar. Sebelumnya, pasar terlihat cukup antusias dalam menantikan kehadiran startup, khususnya kalangan startup jumbo yang telah berstatus unicorn untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sayangnya, setelah terealisasi, saham startup justru anjlok.
Sejauh ini, sudah ada tiga startup jumbo yang melantai di BEI, yakni PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO), dan PT Global Digital Niaga Tbk. atau Blibli (BELI). Nasib saham ketiga emiten ini tidak begitu baik di usai IPO.
Berita tentang IPO startup menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id hari ini, Sabtu (14/1/2022). Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.
Berikut ini highlight BisnisIndonesia.id:
Baca Juga
Siasat Industri Furnitur Bertahan Dari Penurunan Ekspor
Pelaku bisnis furnitur nasional mengatur siasat bertahan dari penurunan permintaan ekspor dengan memperkuat pasar domestik. Segmen ritel dan proyek pemerintah menjadi tumpuan industri mempertahankan kinerja 2023.
Kekhawatiran akan penurunan permintaan agaknya sudah dibaca oleh industriawan sejak akhir tahun lalu. Terlebih Amerika Serikat dan Uni Eropa telah diperkirakan mengalami resesi sejak awal 2023.
Rencana pelaku industri furnitur nasional untuk merambah pasar domestik dinilai sejalan dengan melimpahnya ketersediaan bahan baku kayu di Tanah Air.
Badan Pusat Statistik mencatat PDB industri furnitur atas dasar harga konstan (ADHK) pada kuartal III/2022 sebesar Rp 7,01 triliun. Angka ini menurun sebesar 3,85 persen, lantaran pada kuartal yang sama tahun sebelumnya (YoY) mencapai Rp7,30 triliun.
Stabilitas Ekonomi RI Dipuji, Kehati-Hatian Tetap Diperlukan
Ketahanan ekonomi Indonesia menghadapi kondisi global menjadi perhatian kalangan analis. Indonesia dinilai masih memiliki ketahanan untuk menghadapi terpaan kondisi global di 2023. Meski begitu, di tengah puja-puji yang diberikan, Indonesia harus semakin berhati-hati. Faktor di luar ekonomi, terutama kondisi politik dalam negeri menjelang Pemilu 2024 menjadi hal yang patut diperhatikan.
Sejauh ini, pemerintah dan otoritas moneter cenderung optimistis memandang daya tahan ekonomi Indonesia. Bonus yang didapat dari commodity boom mempertebal ketahanan Indonesia menghadapi kondisi eksternal. Meski berkah dari harga komoditas itu tidak akan bertahan selamanya, kalangan analis mencatat hal itu yang justru menjadi bekal bagi Indonesia.
Penilaian seperti itu juga disampaikan Economist Intelligence Unit, sayap bisnis Economist Group yang menyusun prakiraan dan rekomendasi melalui penelitian dan analisis. Biasaya, unit dari kelompok grup bisnis The Economist ini mendasarkan analisisnya atas laporan bulanan tentang suatu negara, prakiraan ekonomi negara lima tahunan, laporan risiko negara, dan laporan industri.
Dalam penilaian Economist Intelligence Unit (EIU), seperti disampaikan senior analisnya, Jhon Marrett kondisi ekonomi Indonesia cukup stabil sekalipun diterpa badai perubahan suku bunga Federal Reserve (The Fed) yang agresif.
Pudarnya Gairah Startup Jajaki Pasar IPO
Pada penutupan perdagangan kemarin, Jumat (13/1/2023), saham BUKA ada di level Rp264. Jika dibandingkan harga IPO perusahaan ini yang sebesar Rp850 pada 6 Agustus 2021 lalu, saham BUKA sudah turun 68,94 persen.
GOTO juga mengalami nasib yang tidak jauh berbeda. Saham GOTO hari ini berhasil melonjak cukup tinggi, yakni 8,25 persen ke level Rp105. Namun, jika dibandingkan dengan harga IPO di level Rp338 pada 11 April 2022 lalu, GOTO sudah turun 68,93 persen.
Sementara itu, BELI adalah yang terbaru listing. Nasibnya sedikit lebih baik ketimbang BUKA dan GOTO, tetapi tidak begitu cemerlang juga. Saham BELI listing di harga Rp450 dan sempat meningkat hingga ke Rp500. Namun, hari ini saham BELI berakhir di level Rp456, hanya naik 1,33 persen.
Sepanjang tahun 2022 lalu, sektor teknologi pun secara umum menjadi sektor yang paling dihindari oleh pelaku pasar, sehingga indeks sektor ini anjlok paling dalam. IDX Sector Technology terpantau turun 42,61 persen year-to-date (YtD) sepanjang 2022. Kondisi serupa dialami juga oleh bursa global.
Tarif Baru Dongkrak Margin Emiten Tol
Penyesuaian rutin tarif jalan tol yang dilakukan setiap 2 tahun menjadi bantalan yang mampu menjaga kinerja emiten badan usaha jalan tol (BUJT) tetap terjaga, kendati bayang-bayang lonjakan inflasi menghantui.
Pada 2023, akan ada 25 ruas tol yang akan mengalami penyesuaian tarif. Hal itu sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan.
Berdasarkan peraturan tersebut, evaluasi dan penyesuaian tarif jalan tol dilakukan setiap 2 tahun sekali berdasarkan pengaruh laju inflasi dan evaluasi terhadap pemenuhan standar pelayanan minimum (SPM) jalan tol.
SPM merupakan ukuran yang harus dicapai dalam pelaksanaan penyelenggaraan jalan tol. SPM ini mencakup kondisi jalan tol, kecepatan tempuh rata-rata, aksesibilitas, mobilitas, keselamatan, serta unit pertolongan/penyelamatan dan bantuan pelayanan.
Awalan Berat Industri Manufaktur Songsong 2023
Tekanan ekonomi dunia menciptakan kontraksi nyata bagi industri pengolahan Tanah Air Sejak akhir 2022. Kondisi ini akan menjadi pijakan awal yang menantang bagi sektor ini di tengah lesunya pasar global yang telah memaksa pabrik dalam negeri merumahkan karyawannya.
Hal ini tercermin dari Prompt Manufacturing Index (PMI) BI yang tercatat sebesar 50,06 persen pada kuartal I/2022, lebih rendah dari 53,71 persen pada kuartal sebelumnya. Kendati turun, angka itu masih menunjukkan fase ekspansi karena masih di atas 50 poin.
Laporan tersebut memerinci, berdasarkan komponen pembentuknya, volume produksi tercatat melambat dengan indeks sebesar 50,29 persen pada kuartal IV/2022, lebih rendah dari 57,12 persen pada kuartal III/2022.
Perlambatan produksi terjadi pada subsektor makanan, minuman, dan tembakau, semen dan barang galian non logam, alat angkut, mesin dan peralatannya, serta kertas dan barang cetakan.