Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dikritik AS Soal Pasar Minyak OPEC+, Arab Saudi Tegaskan Posisinya

Menteri Negara Kerajaan Arab Saudi Adel al-Jubeir angkat bicara soal kritik AS terkait pasar minyak yang dikendalikan OPEC+.
 Anjungan minyak/Bloomberg
Anjungan minyak/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Negara Kerajaan Arab Saudi untuk Urusan Luar Negeri dan Utusan Iklim Utama Adel al-Jubeir mengungkapkan ketidaksepakatannya terkait dengan pasar minyak. Hal itu menanggapi Gedung Putih mengeritik Arab Saudi sudah mengatur langkah OPEC+ bulan lalu saat memangkas output minyak sebesar 2 juta barel per hari. AS mengungkapkan keputusan diambil pada momen terburuk untuk ekonomi global yang tertekan inflasi. 

"Kami memiliki posisi dan kami yakin posisi kami sudah benar. Beberapa di Amerika Serikat (AS) mengambil pendekatan yang berbeda, tetapi kami yakin dapat mengatasinya," kata Adel al-Jubeir sebagaimana dilansir dari Bloomberg pada Minggu (13/11/2022).

Selain itu, Menteri Energi Arab Saudi, Pangeran Abdulaziz Bin Salman mengungkapkan OPEC+ akan tetap berhati-hati di tengah ketidakpastian ekonomi di seluruh dunia. Pasalnya, OPEC+ bakal menggelar pertemuan pada 4 Desember 2022 untuk memutuskan apakah akan memotong produksi lebih lanjut.

Harga minyak dunia telah turun sejak Juni 2022 karena bank-bank sentral menaikkan suku bunga dan China mempertahankan strategi nol Covid. Namun, minyak mentah Brent masih berada di atas US$ 95 per barel dan naik 23 persen tahun ini, dengan kondisi banyak pedagang khawatir terkait kekurangan pasokan saat Uni Eropa secara efektif melarang impor minyak mentah Rusia dari bulan depan.

"Kami akan terus mengerjakan apa yang menjadi kepentingan terbaik kami. Ada banyak keselarasan minat antara Saudi dan AS." kata Al-Jubeir.

Al-Jubeir mengungkapkan dia akan bertemu utusan iklim AS, John Kerry, di Sharm El-Sheikh, tempat COP27 sedang berlangsung. Dia juga mengkonfirmasi Presiden China Xi Jinping akan mengunjungi Arab Saudi.

"Arab Saudi dan China memiliki minat besar yang dipertaruhkan. China yang merupakan mitra dagang terbesar kami. Kami memiliki investasi besar di China dan perusahaan Cina memiliki investasi besar di Arab Saudi," tuturnya.

Menanggapi kritik dari aktivis iklim, Arab Saudi, pengekspor minyak terbesar di dunia, mengecilkan kebutuhan untuk menjauh dari bahan bakar fosil. Dia mengatakan tidak ada kontradiksi antara memompa hidrokarbon dan melindungi lingkungan.

"Kebutuhan dunia akan energi terus berkembang, dan perluasan kebutuhan energi itu harus dipenuhi oleh sumber selain minyak," katanya.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper