Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nestle Enggan Beli CPO dari Astra (AALI), Bagaimana Kinerjanya?

Nestle SA telah menegaskan komitmennya untuk tidak membeli produk sawit dari perkebunan milik entitas-entitas di bawah PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI).
Astra Agro Lestari/Istimewa
Astra Agro Lestari/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan makanan multinasional Nestlé SA telah menegaskan komitmennya untuk tidak membeli produk sawit dari perkebunan milik entitas-entitas di bawah PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI). Langkah Nestlé diperkirakan tidak akan berdampak signifikan pada kinerja emiten sawit Grup Astra tersebut.

“Menurut kami, dampaknya secara langsung mungkin terbatas karena AALI menjual produk ekspornya via traders. Nestlé tidak melakukan pembelian secara langsung,” tulis Analis CGS-CIMB Sekuritas Indonesia Peter P. Sutedja dan Reynanda A. Purwoko dalam risetnya yang dikutip Senin (10/10/2022).

Secara historis, ekspor AALI menyumbang sekitar 50 persen terhadap pendapatan perseroan dan mayoritas dari penjualan CPO. Sementara itu, ekspor ke Eropa tercatat hanya berkontribusi sekitar 2 persen dari pendapatan ekspor. Mayoritas ekspor AALI ditujukan ke pasar Asia ke negara-negara seperti China, Pakistan, dan Bangladesh.

Di sisi lain, AALI juga cenderung menyesuaikan porsi ekspornya akibat kebijakan larangan ekspor yang sempat diterapkan pemerintah sepanjang semester I/2022. Kontribusi ekspor pada semester I/2022 hanya sekitar 17 persen dan sebagian besar produksi dipasok untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

“Namun kami melihat sentimen ini berpotensi memberikan tekanan ke produk milik perseroan di pasar ekspor dan juga bisa berpotensi memberikan dampak negatif ke peringkat ESG,” lanjut Peter dan Reynanda.

Kontroversi ESG dinilai bisa menjadi sentimen terhadap valuasi secara jangka panjang bagi AALI. Terlebih, AALI masih tertinggal dalam hal sertifikasi perkebunan. Sebanyak 92 persen produk perkebunan sawit AALI telah mengantongi sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), tetapi belum memiliki Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO) sebagaimana emiten sawit lain seperti DSNG dan TAPG.

“Kami mencatat bahwa sebagian besar pembeli ekspor di Asia belum mensyaratkan sertifikasi RSPO, kami yakin sentimen ini bisa membawa risiko ke porsi ekspor secara jangka panjang karena major FMCG buyer melihat supplier yang berkelanjutan,” kata mereka.

AALI saat ini diperdagangkan pada 9,5x FY23F P/E di atas rata-rata sektor agribisnis Indonesia sebesar 8.1x P/E. CGS-CIMB Sekuritas Indonesia merekomendasikan HOLD call dengan target harga ke Rp10.000.

“Ini berdasarkan pada 11,6x FY23F P/E, 1 s.d. di bawah rata-rata 7 tahun yang mencerminkan risiko ke ESG dan asumsi kenaikan CPO prices sudah peaked.”

Sebagaimana diwartakan Bloomberg pada Jumat (30/9/2022), Nestle meminta para vendornya untuk memastikan minyak sawit dari entitas AALI tidak masuk dalam ekosistem rantai pasok perusahaan. Dalam surat tertanggal 28 September 2022 kepada organisasi nirlaba Friends of the Earth yang dilihat Bloomberg, proses penghentian pasokan diperkirakan rampung pada akhir 2022.

“Kami menanggapi tuduhan terhadap Astra Agro Lestari dengan sangat serius. Kami telah memantau situasi ini dan tiga entitas tersebut telah masuk daftar keluhan kami dalam beberapa bulan terakhir,” tulis Benjamin Ware, Manager of Responsible Sourcing for Nestlé dalam surat tersebut.

Selain Nestle, Friends of the Earth menyebutkan bahwa Danone juga telah memutuskan kerja sama bisnis dengan AALI.  Sementara itu, Procter & Gamble Co. baru-baru ini menyimpulkan penilaian pihak ketiga terhadap Astra Agro Lestari dan juga telah menangguhkan bisnis dengan perusahaan CPO terbesar kedua di dunia tersebut.

Menanggapi laporan ini, Senior Vice President of Communications and Public Affair Astra Agro Tofan Mahdi menyebutkan bahwa Nestle SA bukanlah pembeli langsung produk sawit dari perusahaan entitas AALI.

Dia juga menegaskan bahwa perseroan memiliki komitmen atas tata kelola perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan. Komitmen tersebut mencakup upaya perusahaan dalam menjaga kelestarian lingkungan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia (HAM). Tofan mengatakan tuduhan tersebut tidak berdasar dan tidak sesuai kondisi objektif di lapangan.

“Materi yang disampaikan oleh Friends of the Earth yang menjadi dasar rencana pemblokiran Nestle tersebut merupakan isu lama yang sudah terklarifikasi di tahun-tahun saat kejadian” kata Tofan Mahdi dalam keterangan resmi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper