Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Intip Saham Pilihan Sektor Industri Meski Suku Bunga Naik

Sektor saham industri masih menarik dicermati meski di tengah kenaikan suku bunga acuan.
Pekerja menyelesaikan pembuatan komponen otomotif di pabrik PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA) di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (20/9/2022). Bisnis/Suselo Jati
Pekerja menyelesaikan pembuatan komponen otomotif di pabrik PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA) di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (20/9/2022). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten sektor industrial disebut prospektif meski adanya kenaikan suku bunga acuan dari Bank Indonesia (BI) sebesar 50 basis poin menjadi 4,25 persen pada September 2022.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan kinerja sektor industrial di Indonesia masih cenderung dalam keadaan ekspansif. Kondisi itu merujuk pada data Global Manufacturing purchasing manager’s index (PMI) yang rata-rata masih berada diatas angka 50. Adapun PMI Indonesia mencapai 51.7 pada bulan Agustus.

Lebih lanjut, Nafan mengatakan kenaikan suku bunga dari bank sentral Amerika Serikat alias Federal Reserve atau The Fed hingga 75 basis poin memang diluar ekspektasi 25 basis poin. Hal ini lantas menimbulkan dampak shock market pada perdagangan pekan ini.

Efek kejutan tersebut lantas membuat pelemahan kinerja daripada sektor yang selama ini menopang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) termasuk sektor industrial. Namun, Nafan menilai hal ini masih terbilang minor karena pelaku pasar masih menunggu hasil kinerja inflasi Indonesia.

"Minor itu consolidation berarti otomatis saya pikir efek daripada kenaikan suku bunga The Fed dan juga kenaikan suku bunga BI itu insyallah hanya bersifat temporer," ujar Nafan kepada Bisnis.com dikutip, pada Minggu (25/9/2022).

Nafal menilai meski terjadi kenaikan inflasi yang terpenting adalah pemerintah dapat menjaga inflasi dalam keadaan stabil. Secara analisa teknikal, adanya stabilitas inflasi akan membuat sektor industrial dalam kategori uptrend secara jangka panjang.

Nafan lantas merekomendasikan accumulate buy pada saham ASII dengan target harga per sahamnya sebesar 7.275 / 7.425 / 7.500 dengan support di level 6.900.

Nafan juga merekomendasikan buy pada saham UNTR dengan target harga per saham sebesar 39.800.

Baik ASII maupun UNTR, lanjut dia, memiliki good corporate governance yang bagus. Selain itu, kedua emiten tersebut juga melakukan banyak aksi korporasi.

"Ya itulah yang memiliki aset maupun daya pikat sehingga market cap kuat sehingga rajin bagi dividen," ujar Nafan.

UNTR membeli 632.801.893 saham senilai Rp176,55 miliar, yang setara dengan 21,61 persen saham milik ACEI Singapore Holding Private Ltd. (ACEI) di PT Arkora Hydro Tbk. (ARKO) pada bulan Agustus lalu.

Sementara itu, ASII melalui anak perusahaannya PT Sedaya Multi Investama atau Astra Financial, baru saja melakukan penyelesaian transaksi akuisisi salah satu bank komersial di Indonesia, PT Bank Jasa Jakarta (BJJ), bersama dengan WeLab melalui WeLab Sky Limited (WeLab Sky) pada 19 September lalu.

Setelah penyelesaian transaksi akuisisi, Astra Financial dan WeLab Sky masing-masing memiliki saham BJJ sebesar 49,56 persen, dan menjadi pemegang saham mayoritas sekaligus pengendali bank.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper