Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah emiten berbasis komoditas safe haven seperti emas dinilai tetap menarik walaupun para investor cenderung memilih dolar AS di tengah tekanan kenaikan suku bunga bank sentral AS The Fed.
Deputy Head of Research Sinarmas Sekuritas Ike Widiawati menjelaskan sejumlah emiten produsen emas masih menarik diperhatikan kendati pilihan safe haven di tengah pengetatan suku bunga The Fed cenderung ke dolar AS.
Menurutnya, prospek saham komoditas safe haven seperti ANTM, MDKA, BRMS, dan ARCI masih memiliki potensi walaupun harga emas turun tertekan tren kenaikan suku bunga global.
Ike menggarisbawahi potensi saham ANTM dan MDKA dalam jangka pendek.
"ANTM dan MDKA saat ini harganya sudah terdiskon cukup banyak dikarenakan kebijakan the fed yang hawkish," jelasnya kepada Bisnis, (21/7/2022).
Dia memperkirakan harga komoditas emas akan mulai pulih sejalan dengan kebijakan The Fed yang mulai dovish nantinya di awal 2023 yang bisa jadi lebih cepat atau juga lebih lama bergantung inflasi AS mampu dikendalikan.
Baca Juga
Adapun, pergerakan harga saham ANTM dan MDKA secara teknikal masih dalam tren turun dan nampaknya pergerakan saham ini akan sejalan dengan perkiraan dari harga komoditas emas.
Di sisi lain, secara jangka panjang, Sinarmas Sekuritas memberikan rekomendasi netral untuk emiten-emiten terkait material dasar.
Sementara itu, berdasarkan proyeksinya, harga emas pada 2023 dan 2024 tetap bakal naik di tengah pelemahan harga komoditas lain seperti batu bara dan minyak.
Sinarmas memperkirakan harga emas pada akhir 2022 mencapai US$1.797 per ounce, sedangkan pada 2023 US$1.785 per ounce, dan 2024 sebesar US$1.840 per ounce.