Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini 4 Investasi Saham Jangka Panjang ala Felicia Putri Tjiasaka

Ada beberapa saham yang layak dikoleksi untung jangka panjang, bahkan hingga seumur hidup. Simak rekomendasi saham dari Felicia.
Karyawan melintas di dekat layar yang menampilkan logo Bursa Efek Indonesia (BEI). Ada saham-saham yang layak dikoleksi untuk jangka panjang./Bisnis/Suselo Jati
Karyawan melintas di dekat layar yang menampilkan logo Bursa Efek Indonesia (BEI). Ada saham-saham yang layak dikoleksi untuk jangka panjang./Bisnis/Suselo Jati

SIDO dan TLKM

2. SIDO dan TLKM

SIDO dan TLKM merupakan alternatif investor untuk investasi dengan pilihan Syariah, dengan alasan yang pertama, TLKM adalah market cap terbesar ketiga di Indonesia, memiliki produk puluhan tahun di Indonesia dan merupakan kepemilikan dari pemerintah dan didukung dengan profil keuangan yang bagus hingga digadang-gadang akan bisa menguasai sebagian besar market Indonesia.

Kedua, dari segi pertumbuhan. Dengan era yang sudah serba digital ini maka permintaan untuk memfasilitasi tersebut akan terus meningkat, sehingga ini menjadi peluang untuk TLKM di masa depan. 

SIDO dikatakan bahwa produknya sudah menguasai 70 persen market share di Indonesia, dalam pemasaran juga SIDO sudah mencapai kancah internasional yang memiliki kontribusi besar dalam segi ekspor. Kemudian dari rekam jejak saham kedua ini dalam 1,5,10 dan 20 tahun terakhir, tidak terlihat masalah sama sekali.

Risiko Investasi Saham SIDO dan TLKM

Dalam persaingan di era teknologi ini pastinya tidak hanya dari dalam negeri saja, melainkan di luar negeri. Contohnya, penggabungan antara Axiata Group dari Malaysia yang bergabung dengan XL atau Hutchison dari Hong Kong yang merger dengan Indosat Ooredoo, penggabungan usaha ini akan mengancam TLKM di masa yang datang.

Lalu, untuk yang ketiga ini pertimbangan investasi nya karena melihat perusahaan yang dipimpin oleh manusia yang berkemungkinan CEO-nya korupsi massal dengan vendor, manajemen perusahaan sudah tidak relevan dengan market dan alasan-alasan lainnya.  Maka dari itu investasi jangka panjang yang terakhir menurut Felicia adalah membeli ETF yang memiliki risiko saham individual atau risiko non-sistematisnya lumayan kecil yang membuat tidak adanya korupsi, perusahaannya bangkrut dan lain-lain.

3. Beli ETF

Dengan membeli indeksnya saja, seperti membeli IHSG nya saja. Misalnya, IDX30 yang isinya 30 saham di IHSG yang besar-besar yang mungkin sudah mewakili 70-80 persen IHSG.

Felicia menjelaskan bahwa salah satu ETF yang pertama itu XIIT yang dikeluarkan oleh IndoPremier Asset Management, yang di mana benchmarknya adalah IDX30 yang merupakan 30 saham terbesar di IHSG. Namun, ETF ini memiliki beberapa kekurangan jika di Indonesia, antara lain : 

• Kurang terkenal di Indonesia

• Liquidity masih kurang karena belum terkenal di Indonesia 

• Jual/Beli akan susah di Indonesia

Atas dasar kekurangan ETF itu Felicia mengatakan untuk seseorang yang memiliki uang banyak lebih dari 100-200 juta maka bisa lebih mudah untuk mempertimbangkan investasi di reksadana indeks atau investasi yang pasif agar biaya keluar masuk lebih mudah.

“Kalau temen-temen uangnya banyak lebih dari 100-200 juta...mungkin bisa consider reksadana indeks biar keluar masuknya lebih mudah.” kata Felicia.

Untuk rekam jejak saham XIIT di 1 tahun terakhir, memiliki angka return sebesar 27.1 persen dibandingkan IHSG 21 persen. Sedangkan dalam 5 tahun terakhir return XIIT ini 8,5 persen per tahun dan IHSG yang 4,9 persen per tahun.

Walaupun XIIT memiliki angka return yang jauh berbeda, akan terapi Felicia menjelaskan bahwa ETF XIIT ini benchmark nya di IDX30 yang isinya cuma 30 saham. Sedangkan IHSG isinya ratusan saham, yang artinya dalam 5 tahun terakhir saham – saham  di IDX30 naik lebih banyak. 

Pada intinya untuk investasi di ETF ini benar-benar mengacu pada perkembangan IHSG dan Indonesia yang berkemungkinan akan terus bertumbuh dalam jangka waktu panjang.

Terakhir, Felicia mengingatkan kepada penontonnya untuk tetap memantau kinerja saham perusahaan masing-masing secara berkala, minimal satu tahun sekali untuk meminimalisir risiko terburuk yang akan terjadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper