Bisnis.com, JAKARTA - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI bakal membentuk Standard Operational Procedure (SOP) investasi bagi BUMN guna mencegah terjadinya konflik kepentingan saat melakukan investasi.
Anggota Komisi VI DPR RI Muhammad Husein Fadhlullah menjelaskan Panitia Kerja (Panja) Investasi pada Perusahaan Digital (GoTo) akan menyusun rekomendasi berupa Standard Operational Procedure (SOP) guna mencegah terjadinya krisis moral (moral hazard) saat pembelian saham.
Hal itu dalam rangka antisipasi kembali adanya dugaan moral hazard yang berkembang di masyarakat, pasca BUMN Telkomsel membeli saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) melalui Initial Public Offering (IPO).
Adapun, dugaan moral hazard dalam bentuk konflik kepentingan menjadi sorotan publik lantaran adanya relasi kekeluargaan kakak kandung Menteri BUMN Erick Thohir dengan Garibaldi Thohir yang menjadi Komisaris Utama dari GOTO tersebut.
“Tentu itu akan sampai ke sana [penyusunan SOP] dengan berbagai macam pertimbangan tentunya. Berkembang itu nanti setelah kita selesai panja-nya,” ujar Husein dikutip dari situs DPR, Senin (27/6/2022).
Diketahui, Panja Investasi GoTo dibentuk awal Juni 2022 dan sudah menjalankan rapat perdana per Selasa, 14 Juni 2022 silam.
Baca Juga
Panja ini akan bekerja melakukan pendalaman, pemanggilan pihak-pihak terkait, dan penyusunan rekomendasi selama dua kali masa sidang.
Sejauh ini, panja yang dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Sarmuji tersebut, baru memanggil pihak PT Telkom untuk meminta penjelasan.
“Mereka menjelaskan selain investasi, kerja sama tersebut juga untuk memperkuat lini bisnis mereka. Mereka juga jelaskan bagaimana skema runtutan investasi itu step by step prosesnya dan bisa diakses juga oleh publik,” urai Husein.
Dia menegaskan panja ini akan memiliki target dua hal. Pertama, untuk melihat manfaat investasi bagi perusahaan Telkom dan Telkomsel sebagai BUMN, dan yang kedua, untuk melihat apakah proses pembelian saham melalui IPO ini sudah melalui standar Good Corporate Governance (GCG) atau belum.
“Karena menurut penjelasan yang disampaikan ada unrealized loss yang ternyata setelah beberapa bulan mereka investasi ini kan ternyata ada bubble di dunia start-up. Ada banyak perusahaan yang lakukan lay off karyawan. Jadi ini sebetulnya lebih ke rekomendasi seperti apa ke depan,” tutup Husein.
Diketahui, Direktur Utama PT Telkom Ririek Adriansyah menjelaskan bahwa kebijakan Grup Telkom berinvestasi di GoTo tidak hanya mempertimbangkan aspek capital gain atau loss. Namun juga mempertimbangkan aspek yang lebih luas lagi, seperti sinergi.
Salah satu contoh hasil sinergi tersebut, ungkap Ririek, Grup Telkom memperoleh pendapatan senilai Rp473 miliar dari pendapatan pelanggan baru mitra pengemudi Gojek melalui pembelian paket data Telkomsel untuk mitra di tahun 2021 lalu.