Bisnis.com, JAKARTA — PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk. (GOOD) meraup penjualan sebesar Rp2,77 triliun sepanjang kuartal I/2022, naik 22,2 persen YoY dibandingkan dengan kuartal I/2021 sebesar Rp2,27 triliun. Namun, laba bersih Garudafood mengalami penurunan imbas dari membengkaknya biaya komponen produksi.
Pertumbuhan penjualan Garudafood ditopang oleh kategori makanan yang memberikan kontribusi sebesar 88,8 persen dari seluruh porsi penjualan dan naik sebesar 22 persen YoY dari Rp2,02 triliun menjadi Rp2,46 triliun. Sementara itu, kategori minuman meningkat 23,3 persen YoY menjadi Rp310,30 miliar pada kuartal I/2022.
Penjualan domestik GOOD naik sebesar 22,4 persen YoY, dari Rp2,16 triliun menjadi Rp2,65 triliun. Adapun penjualan di pasar ekspor mencapai Rp122,18 miliar, 17,4 persen lebih tinggi daripada periode yang sama pada tahun sebelumnya.
“Penjualan di kuartal I tahun ini yang jauh lebih baik dari tahun sebelumnya. Hal ini ditunjang dengan makin pulihnya ekonomi Indonesia karena penanganan Covid-19 yang makin baik oleh pemerintah sehingga mobilitas masyarakat juga meningkat,” ujar Direktur Garudafood Paulus Tedjosutikno dalam keterangan resmi, Kamis (28/4/2022).
Meski penjualan meningkat, laba bersih Garudafood yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun sebesar 24 persen YoY, dari Rp122,73 miliar pada kuartal I/2021 menjadi Rp93,67 miliar.
Dalam keterangannya, Paulus menjelaskan penurunan laba dipengaruhi oleh kenaikan harga beberapa komoditas bahan baku serta bahan kemas. Kenaikan harga komponen produksi ini tak lepas dari pengaruh pandemi berkepanjangan yang memicu kelangkaan kontainer, tingginya freight cost dan kelangkaan bahan baku.
Baca Juga
Hal tersebut makin diperburuk dengan krisis Rusia dan Ukraina yang menimbulkan dampak multiplier yang sangat luas. Laporan keuangan GOOD memperlihatkankan beban pokok bahan baku mencapai Rp1,26 triliun, 28,13 persen lebih tinggi daripada posisi kuartal I/2021 sebesar Rp985,65 miliar.
“Tantangan kami saat ini adalah menghadapi kenaikan harga bahan baku dan bahan kemas yang belum dapat diprediksi kapan akan berakhir,” lanjut Paulus.
Untuk menyiasati kondisi tersebut, Paulus mengatakan Perseroan melakukan berbagai upaya, antara lain melakukan kontrak jangka panjang untuk mendapatkan harga yang stabil dan untuk menjamin pasokan. Garudafood juga meningkatkan persediaan untuk mengantisipasi gangguan di jalur logistik bahan baku sehingga kelangsungan proses produksi tidak sampai terganggu.
“Perseroan juga melakukan langkah-langkah inovasi untuk meredam dampak kenaikan bahan baku dan kemasan sehingga meminimalkan dampak kepada para konsumen setia kami,” tambahnya.
Di samping itu, total liabilitas GOOD pada 31 Maret 2022 tercatat meningkat dari Rp3,73 triliun menjadi Rp4,13 triliun. Sementara itu, ekuitas Perseroan turun 3,59 persen menjadi Rp2,92 triliun miliar dibandingkan dengan tahun lalu sebesar Rp3,03 triliun.
Selain itu, total aset Garudafood naik 4,27 persen menjadi Rp7,05 triliun dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp6,76 triliun. Perseroan juga memiliki kas dan setara kas lebih dari Rp856 miliar di akhir 31 Maret 2022.