Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) diprediksi positif pada 2022 seiring mulai pulihnya kinerja operasional, terus bertumbuhnya performa keuangan perusahaan, dan strategi diversifikasi bisnis yang telah berjalan.
Di tengah situasi Covid-19 yang memukul industri penerbangan ini, GMFI mendapatkan beberapa angin segar yang dapat memicu kinerja perusahaan pada tahun ini. Pertama, mulai naiknya volume penerbangan pada akhir 2021 seiring membaiknya penanganan Covid-19 di Indonesia.
“Kinerja tahun ini semestinya diproyeksikan mulai berjalan dengan progresif selama pemerintah tidak menerapkan kebijakan restriksi secara lebih ketat,” ujar Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, M. Nafan Aji Gusta, Rabu (26/1/2022).
Kedua, diversifikasi bisnis oleh perseroan di luar induknya, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), yang mulai berbuah manis.
Pada akhir 2021, GMFI terlibat dalam proyek modernisasi dan penggantian center wing box untuk pesawat C130H milik TNI AU setelah berkontrak dengan Kementerian Pertahanan (Kemhan) pada tahun lalu untuk memodifikasi total delapan unit pesawat secara berkala.
Selain dengan Kemhan, perseroan berkontrak dengan TNI AU untuk pemeliharaan beberapa mesin, mendukung layanan komponen dan material untuk mendukung overhaul pesawat 737.
Adapun, perseroan berhasil meningkatkan event maintenance pada segmen perawatan pesawat kargo, khususnya Boeing 747 wide body, serta perawatan reaktivasi pesawat menyusul meningkatnya mobilitas masyarakat dan permintaan pengembalian pesawat ke lessor.
Perseroan juga berhasil mengembangkan kapabilitas perawatan line maintenance untuk perawatan pesawat Boeing 787 milik maskapai asal Jepang, dari semula bersifat assist menjadi full release. GMFI dipercaya oleh sejumlah maskapai, baik domestik maupun asing yang tersebar di benua Asia, Eropa, dan Amerika juga turut memperbesar persentase porsi pendapatan dari segmen non-afiliasi sekitar 8% dibandingkan 2020 lalu.
Lebih lanjut, GMFI juga berpeluang untuk bekerja sama dengan Kementerian Perhubungan dalam menghadirkan layanan MRO berstandar global di Bandara Kertajati, Majalengka.
“Potensi pendapatan GMFI dari luar Garuda mulai membaik sebagai strategi diversifikasi manajemen. Tinggal maksimalkan efisiensi bisnis mengingat masa pandemi Covid masih belum berakhir,” kata Nafan.
Ketiga, di tengah situasi Covid-19 yang memukul industri penerbangan ini, perseroan berhasil melakukan penghematan yang efektif.
Sampai dengan kuartal III 2021, GMFI membukukan pendapatan sebesar US$ 165,37 juta atau turun 13,78% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, perseroan berhasil memangkas beban-beban perusahaan hingga September 2021.
Alhasil, GMFI berhasil menekan rugi usahanya menjadi US$ 27,68 juta. Padahal, periode yang sama tahun sebelumnya rugi usaha perusahaan sebsar US$ 178,16 juta. Dengan begitu, perusahaan semakin memperkecil rugi bersih yang dideritanya menjadi US$ 38,94 juta dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 160,60 juta.
“Meskipun pendapatan 9M2021 tidak terlalu jauh berbeda dengan 9M2020 namun dari sisi kerugian bersih bisa turun sangat signifikan,” ujar Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan.
Dia berharap GMFI terus bisa mempertahankan efisiensinya. “Kondisi saat ini menjadikan diversifikasi tersebut sebagai pilihan terbaik. Dan perlu diapresiasi langkah manajemen yang berusaha keras bagaimana perusahaan bisa mendapatkan pendapatan,” jelas Alfred.