Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Deutsche Bank Rekomendasi Beli Saham TLKM dan EXCL

Baik TLKM maupun EXCL mencatat EBITDA kuartalan tertinggi dalam lima periode terakhir.
Karyawan beraktivitas di kantor XL Axiata. Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan beraktivitas di kantor XL Axiata. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com,JAKARTA — Tim riset Deutsche bank merekomendasikan beli bagi saham PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) dengan target harga Rp4.000 dan Rp3.700.

Tim riset Deutsche Bank mencatat kedua operator melaporkan EBITDA triwulanan tertinggi mereka di lebih dari lima kuartal terakhir. Mereka berharap peningkatan sektor ini akan terus berlanjut, dipimpin oleh rebranding Telkom yang mengalihkan fokusnya ke layanan digital dan penjualan silang, dan jauh dari perang harga. 

Efisiensi biaya juga membantu kinerja seperti yang ditunjukkan dalam EBITDA yang solid. Selain itu, kinerja perseroan dibantu oleh pertumbuhan non-seluler, dan dengan bisnis seluler yang lebih baik karena sebagian berpindah dari aplikasi tak terbatas sehingga memungkinkan peningkatan tren ARPU.

Mereka berpendapat hilangnya pendapatan legasi Telkom tidak lagi menjadi masalah dengan akselerasi pendapatan menjadi 8 persen di kuartal II/2021 dan 10 persen di kuartal III/2021 setelah enam kuartal negatif sebelumnya.

Adapun untuk XL Axiata, relatif lamban karena pelanggan turun ke penggunaan tarif yang lebih rendah meskipun menggunakan lebih banyak data. Manajemen mencatat bahwa perusahaan tumbuh lebih cepat di
daerah dengan harga yang lebih rendah.  Penggunaan yang lebih tinggi itu, dan kebutuhan untuk mengubah kapasitas ke ara rumah tangga.

Membuat perseroa  perlu mengangkat pedoman belanja modal dari Rp7 triliun menjadi Rp8,5 triliun.

Di sisi lain, Deutsche Bank juga menyematkan status tahan bagi Indosat Ooredoo (ISAT) dengan target harga Rp7.000. Mereka menilai perseroan mampu mempertahankan bisnis dasar yang stabil sambil meningkatkan ARPU. 

Dengan Indosat yang sekarang kompetitif kualitas jaringan, rekan-rekan akan merasa sulit untuk menarik kembali pengguna tersebut. Namun mereka berpikir ada risiko Indosat akan tumbuh lebih lambat dari XL karena beberapa faktor.

Pertama, lonjakan penggunaan Covid. Kedua kelemahan makro menciptakan sensitivitas harga yang meningkat, dan tethering menjadi lebih murah dalam paket keluarga. Ketiga, perbedaan dalam tingkat saluran dengan XL.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper