Bisnis.com, JAKARTA - Komitmen investasi Uni Emirat Arab (UAE) terhadap Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia dinilai positif. Kendati demikian, realisasi investasi ini yang perlu diperhatikan.
Pemerintah UAE memberikan komitmen investasi ke Indonesia dengan potensi senilai US$32,7 miliar, dan sebanyak US$18 miliar akan dialokasi kepada BUMN, diantaranya melalui Pertamina, PLN dan Pelindo.
Hal itu bertujuan untuk mendukung transformasi di ketiga BUMN itu dalam melakukan percepatan investasi, inovasi model bisnis, dan pengembangan teknologi.
Kementerian BUMN mencanangkan beberapa proyek besar terhadap ketiga BUMN itu, diantaranya pembangunan energi terbarukan untuk Indonesia bersama PLN, revitalisasi refinery Pertamina yang akan meningkatkan kapasitas dan refineries di Indonesia. Selain itu juga pengembangan infrastruktur pelabuhan di seluruh Indonesia melalui Pelindo dan Pembangunan digital competitiveness.
Associate Director BUMN Research Group LM FEB Universitas Indonesia Toto Pranoto mengungkapkan komitmen tersebut menunjukkan adanya kepercayaan investor asing atas prospek investasi di Indonesia.
"Hal penting yang harus diperhatikan, komitmen seperti ini pada masa lalu juga sudah pernah terjadi. Namun, realisasi investasi kemudian tidak jadi terealisasi, perlu dicari penyebab kenapa komitmen investasi itu gagal terealisasi," katanya kepada Bisnis, Jumat (5/11/2021).
Baca Juga
Menurutnya, sejumlah proyek yang dikerjakan ketiga BUMN tersebut merupakan proyek yang potensial dan memiliki prospek yang baik.
Investasi di renewable energy sangat potensial bagi Pertamina masa depan. Ini membutuhkan belanja modal yang besar, sehingga rencana investasi dari UAE menjadi angin segar.
"UAE memiliki Dubai Port World yang sudah menjelma menjadi salah satu world class port company. Mereka sudah kerja sama juga dengan sektor swasta di Indonesia dengan group Maspion dalam pengembangan Pelabuhan Kontainer Teluk Lamongan," urainya.
Ketika UAE akan bekerja sama dengan Pelindo, diharapkan daya saing pelabuhan di Indonesia akan meningkat.
Selain itu, rencana pembangunan refinery Pertamina juga cukup mendesak. Toto menilai rencana kerjasama bisnis dengan Saudi Aramco juga tampak mandek.
"Maka kalau ada rencana UAE masuk ke sektor ini akan membantu percepatan Pertamina memiliki refinery yang memang sudah sangat mendesak," katanya.