Bisnis.com, JAKARTA - Kedatangan Pelita Air sebagai maskapai niaga berjadwal bisa jadi bagian dari taktik penyelamatan atau restrukturisasi PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) terhadap berbagai sidang kepailitan yang tengah dihadapi.
Associate Director BUMN Research Group LM FEB Universitas Indonesia Toto Pranoto mengungkapkan dengan kedatangan Pelita Air Service sebagai maskapai full service membuat Garuda Indonesia semakin pasrah menghadapi berbagai sidang kepailitan dan restrukturisasi utangnya.
"Nasib GIAA dengan skema seperti ini tinggal menunggu hasil keputusan beberapa sidang kepailitan yang dihadapi, serta kejelasan nasib renegosiasi dengan banyak kreditur, terutama lessor pesawat," urainya kepada Bisnis, Minggu (24/10/2021).
Kendati demikian, Toto menilai kedatangan Pelita Air bisa juga upaya ini sebagai bagian meningkatkan bargaining position Garuda di depan mata kreditur dan para vendor. Tujuannya supaya ada win-win situation. Apalagi situasi bisnis penerbangan saat ini sudah ada arah perbaikan.
Jika upaya restrukturisasi kepada para krediturnya tidak menghasilkan kesepakatan antar pihak, katanya, sangat mungkin pemerintah sebagai pemegang saham terbesar memutuskan langkah kepailitan.
Meskipun, jalan ini juga butuh persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) karena adanya pemegang saham lain dan juga investor publik.
Di sisi lain, dia menuturkan Pelita Air Service di atas kertas bisa saja berubah menjadi maskapai full service. Pasalnya, pemegang mayoritas sahamnya adalah Pertamina, sehingga status perusahaan ini masih bagian dari BUMN.
"Ya, skenario PAS beroperasi sebagai full service airlines bisa menjadi rencana cadangan kalau upaya penyehatan dan restrukturisasi Garuda menemui jalan buntu," ungkapnya.