Bisnis.com, JAKARTA – Salah satu ekonom menyebutkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih tertekan oleh isu domestik yakni kredit macet dari sektor perbankan.
Pada akhir perdagangan Senin (13/9/2021), IHSG ditutup melemah 0,11 persen ke level 6.088.
Chief Economist Tanamduit Ferry Latuhihin menyebutkan rasio kecukupan modal Indonesia berada di bawah nilai loan at risk sebesar 25 persen.
Hingga Juni 2021, Bank Indonesia mencatatkan capital adequacy ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal sebesar 24,30 persen. Sementara, rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) berada di 3,34 persen.
"Sementara nilai loan at risk sebesar 25 persen, ini sangat mengerikan terutama bank plat merah," jelas Ferry dalam paparan Market Outlook Tanamduit, Senin (13/9/2021).
Dia menjelaskan saat ini pasar masih menunggu respon pemerintah terkait dengan pertemuan pengusaha dan bankir dengan Presiden Joko Widodo di Istana beberapa waktu yang lalu.
Baca Juga
Menurutnya, kondisi pasar kedepannya masih akan tergantung dengan data ekonomi yang akan dirilis dalam waktu dekat, misalkan penjualan kendaraan hingga inflasi.
"Kita tunggu angka PMI naik atau nggak, selebihnya inflasi, ekspor, impor, penjualan kendaraan. Kalau itu naik, pasar akan terhibur," imbuhnya.
Ferry menambahkan untuk menangani persoalan kredit macet ini, pemerintah perlu melakukan restrukturisasi dengan baik yakni menyelamatkan kreditur maupun debitur agar tidak merugi.
"[Pemerintah] harus berani melakukan terobosan yang menyelamatkan ekonomi kita, kesannya sekarang bisnis berjalan seperti biasa mangkanya market males," pangkas.
Dari empat bank HIMBARA, terpantau hanya PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) yang mampu keluar dari zona merah pada akhir perdagangan, sisanya anjlok. BBTN menguat 0,35 persen ke level Rp1.1440.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) ditutup anjlok 2,12 persen menuju Rp3.700 per saham, saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) turun 0,81 persen ke Rp6.150, dan saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) melemah 0,92 persen ke posisi Rp5.400.