Bisnis.com, JAKARTA – Emiten BUMN pertambangan batu bara PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) telah mengantongi kontrak pemasaran 92 persen dari target penjualan natu barat pada 2021.
PTBA menargetkan volume produksi dan penjualan batu bara sekitar 30 juta ton sampai akhir tahun ini. Angka ini naik dari target pada tahun sebelumnya sebanyak 25 ton.
Target kinerja operasional tersebut juga merupakan hasil revisi Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) 2021, yang sebelumnya 29,5 juta ton.
"Sekitar 92 persen dari target penjualan 2021 sudah terjual atau dikontrak," papar Direktur Keuangan PTBA Farida Thamrin, Senin (6/9/2021).
Pada paruh pertama tahun ini, produksi batu bara PTBA mengalami peningkatan menjadi 13,3 juta atau naik 10,5 persen jika dibandingkan dengan semester I/2020 sebanyak 12 juta ton.
Farida menyampaikan kinerja ciamik PTBA pada semester I/2021, salah satu pendorongnya adalah peningkatan jumlah ekspor, khususnya pada kuartal II/2021.
Baca Juga
Pada kuartal I/2021, posisi ekspor PTBA masih minoritas dan pasar domestik masih mendominasi, hampir 70 persen. Namun, pada kuartal II/2021, perusahaan memanfaatkan dengan baik kenaikan harga dan perbaikan cuaca.
“Secara semester I/2021 proprosi domestik hanya 63 persen saja, ini bukan hal mudah. Tapi dari angka ekspor kita didukung oleh penjualan HCV [kalori tinggi]kita, yang naik 3 persen,” jelasnya.
Beberapa negara juga antusias dengan batu bara dari Bukit Asam karena PTBA termasuk produsen dengan jenis produk batu bara yang lengkap, sehingga permintaannya menjadi tinggi.
“China sendiri itu mereka demand-nya naik 9 kali lipat, Filipina naik 5 kali lipat. Porsi China jadi negara ekspor tujuan kita sekitar 16 persen, Filipina mencapai 4 persen. Sesudah China, demand dari India juga besar. Batu bara kami demandnya banyak, sehingga kami tidak ragu naikan produksi,” tambahnya.
Pada semester I/2021, PTBA berhasil mencatat pendapatan senilai Rp10,3 triliun, naik 14 persen year on year (yoy). Kenaikan pendapatan signifikan terjadi pada kuartal II/2021 sampai dengan 62 persen yoy dengan jumlah Rp6,3 triliun.