Bisnis.com, JAKARTA – Investor saham Lo Kheng Hong (LKH) membeberkan alasannya lebih memilih strategi value investing.
Menurutnya, value investing merupakan strategi membeli saham perusahaan di mana harga pasar jauh lebih murah daripada nilai intrinsik perusahaan.
“Artinya, ketika saya mendapatkan Mercy yang dijual harga Avanza. Tentu saya akan membeli. Itu metode yang paling sederhana kalau saya menemukan ada Mercy yang dijual harga Avanza, saya pasti akan beli,” ungkap LKH dalam unggahan video Instagram @lukas_setiaatmaja, seperti dikutip Bisnis.com, Selasa (31/8/2021).
Pria yang disebut sebagai Warren Buffet-nya Indonesia ini mengatakan jika di dunia nyata, kita tidak akan pernah bertemu dengan orang yang mau menjual Mercy setara dengan harga Avanza.
“Tetapi di bursa saham, Mercy yang dijual harga Avanza itu banyak. Jadi, itulah seperti value investing, berinvestasi berdasarkan nilai,” jelasnya.
LKH menceritakan masa lalunya saat berkecimpung di dunia bursa saham, tepatnya pada 32 tahun yang lalu.
“32 tahun yang lalu saya membeli saham sama sekali saya buta. Kalau Warren Buffet itu membeli saham ketika usia 11 tahun, Tapi saya membeli saham ketika usia sangat telat, 30 tahun, sangat telat sekali,” katanya.
LKH mengungkapkan dirinya yang 32 tahun lalu tidak mengerti tentang saham, sehingga dirinya membeli saham tanpa pengetahuan sama sekali.
“Waktu itu strategi saya bukan value investing, tapi strategi saya pertama kali itu adalah beli saham IPO, ketika listing saya jual. Itu strategi saya, itu yang 32 tahun yang lalu,” ujarnya.
Pada masa itu, LKH melihat banyak saham perusahaan yang melaksanakan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) naik harganya.
Melihat hal itu, LKH membeli saham saat IPO kemudian saat listing dijual.
“Saham yang pertama saya beli adalah Gajah Surya Multifinance. Saya pikir demand-nya begitu kuat, yang jual hanya sedikit, ketika listing pasti naik, ternyata bukan science,” ungkapnya.
Hal ini disebabkan demand tinggi dan supply sedikit, bukan membuat harga naik tetapi menurun. Lantas, LKH sempat merugi dua kali karena memilih strategi pada 32 tahun yang lalu.
“Jadi sebetulnya pertama kali saya membeli saham, strateginya bukan value investing, tapi beli IPO jual ketika listing dan tidak mempunyai pengetahuan sama sekali, hanya ikut-ikutan saja,” jelasnya.