Bisnis.com, JAKARTA — Setelah tertekan sejak kedatangan pandemi, emiten ritel PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI) mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan kinerja. Isyarat tersebut tampak pada laporan keuangan semester I/2021 perseroan.
Secara pendapatan, MAPI mampu mencatatkan pertumbuhan kinerja 33,9 persen dari periode yang sama tahun lalu. Mereka pun mampu mengantongi laba Rp271,71 miliar, berbalik dari kondisi rugi pada paruh pertama 2020.
1. Kebangkitan Kinerja MAPI, Akankah Berlanjut hingga Akhir 2021?
Konsumen, tahun ini, memang mulai betah lagi berbelanja di gerai-gerai MAPI. Hal itu juga diakui perusahaan.
Pertanyaannya, akankah isyarat positif ini mampu terjaga hingga akhir tahun dan bagaimana strategi perusahaan?
Pembahasan lebih lanjut dapat dibaca pada artikel ini.
Manajemen PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) a.l. Direktur Utama Alvin W. Sariaatmadja (kanan), Wakil Direktur Utama Sutanto Hartono, dan Direktur Sutiana Ali hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham yang digelar di SCTV Tower, Jakarta, Kamis (16/5/2019)./Dok. Emtek
2. Duel Emiten Media Taipan Eddy Sariaatmadja (Grup Emtek) vs HT (MNC Group)
Dua emiten media terbesar di bursa, PT Media Nusantara Citra Tbk. (MNCN) dan PT Surya Citra Media Tbk. (SCMA) telah sama-sama melaporkan kinerja sepanjang paruh pertama 2021.
Secara rating dan pangsa pasar penonton, MNCN boleh saja unggul telak atas SCMA. Namun, dari sisi kinerja keuangan, kedua perusahaan terbukti sama-sama mengalami pertumbuhan dan masih bersaing ketat.
Dengan 2021 yang masih menyisakan ketidakpastian, kedua pihak masih berpotensi mencatatkan diri sebagai emiten media dengan kinerja terbaik di bursa pada akhir tahun mendatang.
Bukan hanya akan menentukan siapa yang berhasil menjalankan bisnisnya dengan lebih baik, kinerja keuangan kedua pihak pada akhir tahun nanti bisa jadi juga akan menentukan posisi kekayaan pemilik mereka masing-masing.
Ulasan lebih lanjut dapat dibaca di sini.
3. Margin Tebal & Beda Arah Harga Saham Bank Besar (BBCA, BBRI, BBNI Hingga BNLI)
Bank-bank besar di Indonesia, terutama para penghuni BUKU IV, sukses membukukan rapor mentereng sepanjang paruh pertama tahun ini. Tak hanya bertumbuh secara angka, dari sisi margin laba pun rapor bank-bank besar seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), hingga PT Bank Permata Tbk. (BNLI) makin solid.
Meski kompak mengalami penguatan bisnis, bukan berarti nasib bank-bank tersebut di pasar modal juga seragam. Sebagian dari mereka mengalami penurunan harga relatif dalam, sebagian pula membukukan catatan harga yang solid sejak awal tahun.
Bagaimana kira-kira nasib bank-bank tersebut sampai pengujung tahun, juga prospek emiten perbankan anggota BUKU IV lainnya?
Pembahasannya dapat Anda simak di tulisan ini.
Karyawati Bank Syariah Indonesia melayani nasabah di KC Jakarta Hasanudin, Jakarta, Selasa (2/2/2021)./Bisnis-Arief Hermawan P
4. Kursi Panas Komisaris Bank Syariah Indonesia, Saham BRIS Masih Menarik?
Awal pekan ini, emiten bank syariah dengan pangsa pasar terbesar di dalam negeri, PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) mengumumkan rencana RUPSLB dengan agenda utama pergantian jabatan dewan komisaris.
Belum ada kepastian siapa yang bakal mengalami bongkar paasang. Tapi, menimbang polemik sebulan terakhir, bukan mustahil sosok yang akan diganti adalah Rektor UII Komaruddin Hidayat.
Komaruddin, sejak awal Juli, memang jadi sorotan karena rangkap jabatannya dianggap tak etis. Menanggapi kritik dari publik, dia juga sudah menyatakan kesiapannya untuk memilih salah satu jabatan saja, meski tak menyebut secara spesifik mana pos yang akan ditanggalkan.
Saham BRIS, sejauh ini, memang bergerak lesu. Dalam sepekan terakhir, harga saham BRIS juga cenderung loyo meski perusahaan baru saja merilis laporan keuangan dengan kinerja positif.
Pembahasan mengenai situasi tersebut dapat Anda baca di sini.