Bisnis.com, JAKARTA – Bisnis layanan jaringan 5G tengah digeber oleh beberapa operator. PT XL Axiata Tbk. (EXCL) menjadi salah satunya, setelah menyatakan kesiapannya ikut dalam Uji Laik Operasi (ULO) generasi kelima itu.
Dengan begitu, XL Axiata menyusul PT Telekomunikasi Seluler Tbk. (TLKM) dan PT Indosat Ooredoo Tbk. (ISAT) yang lebih dulu menjajal layanan 5G di Indonesia.
Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyebutkan, emiten berkode EXCL bakal melaksanakan ULO 5G pada 3-6 Agustus 2021. Sebelumnya Telkomsel telah melakukan hal serupa pada 27 Mei 2021, sedangkan Indosat pada 8 Juni 2021.
Group Head Corporate Communication PT XL Axiata Tbk. Tri Wahyuningsih mengatakan saat ini pelanggan ritel masih yang paling siap untuk menerima layanan 5G, mengingat kasus pemanfaatan 5G di Tanah Air masih terbatas karena spektrum frekuensi belum tersedia.
"Jika dilihat dari jumlah pelanggan yang ada sekarang, serta keterbatasan spektrum dan kasus pemanfaatan, pelanggan individu atau ritel paling siap untuk menerima layanan 5G," kata Ayu kepada Bisnis, Rabu (28/7/2021).
Berita selengkapnya, klik di sini.
Langkah ekspansi meluas yang dilakukan oleh PT Elang Mahkota Tbk. (EMTK) disikapi berbeda oleh salah satu pemegang saham di atas 5 persennya, Archipelago Investment Pte. Ltd. Seperti diketahui, EMTK di tengah pandemi Covid-19 terus menggelar aksi korporasi, baik di dalam perusahaan maupun bisnis konglomerasinya.
Aksi korporasi yang fenomenal pada tahun ini yang dilakukan EMTK seperti melakukan pemecahan nilai saham 1;10, pencaplokan RS Omni (SAME) dan mengantarkan IPO cucu usaha, Bukalapak (BUKA), dengan dengan nilai terbesar sepanjang sejarah bursa Rp21 triliun.
Akan tetapi, aksi korporasi ini berbalik dengan langkah salah satu investornya, Archipelago Investment Pte. Ltd. Firma investasi dari Singapura itu, tercatat dalam sebulan terakhir terus melepas kepemilikan saham EMTK yang dimiliki.
Berita selengkapnya, klik di sini.
Sebanyak enam emiten akan memasuki jadwal pembayaran dividen tunai atas kinerja periode 2020 pada dua sesi terakhir perdagangan saham Juli 2021. Memasuki akhir Juli 2021, musim pembagian dividen emiten masih berlangsung.
Usai menggelar rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) beberapa waktu lalu, sejumlah emiten memutuskan untuk membagian sebagian keuntungan periode tahun buku 2020 kepada para pemegang saham.
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis Kamis (29/7/2021), ada enam emiten yang memasuki jadwal pembayaran dividen pada 29 Juli 2021 hingga 30 Juli 2021. Total yang akan dibagikan kepada pemegang saham senilai Rp5,57 triliun.
Berita selengkapnya, klik di sini.
Pasar kopi global mengalami gejolak yang signifikan karena adanya gangguan produksi di Brasil, yang merupakan negara penghasil kopi terbesar di dunia.
Perubahan harga untuk kopi arabika adalah yang terbesar dalam hampir dua dekade dengan badai salju yang mengancam pasokan global. Kontrak berjangka untuk komoditas tersebut atas telah melonjak 56 persen tahun ini, sehingga menjadikannya salah satu komoditas dengan kinerja harga terbaik.
Ketua Gabungan Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (GAEKI) Hutama Sugandhi mengatakan kondisi yang terjadi di Brasil belum bersifat final. Dia memperkirakan serangan suhu dingin masih berpeluang terjadi kembali dalam beberapa waktu ke depan.
Berita selengkapnya, klik di sini.
Manajemen PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk. (BEKS) menggelar strategi baru untuk membalikkan kinerja. Perusahaan menempuh jalan singkat dengan melakukan buyback kredit guna menggelembungkan penyaluran dana ke masyarakat tanpa harus repot melakukan prospek kepada pengusaha dan PNS di lingkungan Pemda Banten.
Sebagai gambaran, 30 Juni 2021 kredit yang dimiliki oleh Bank Banten sebesar Rp2,01 triliun. Longsor tajam dibandingkan periode akhir 2020 yang tersisa Rp2,96 triliun. Nilai kredit yang diberikan akan jauh lebih susut jika dibandingkan akhir 2019 sebesar Rp5,2 triliun.
Berita selengkapnya, klik di sini.