Bisnis.com, JAKARTA – Emiten jaringan bioskop, PT Graha Layar Prima Tbk. (BLTZ) menutup kembali secara total jaringan bioskopnya selama PPKM Darurat. Kendati demikian, perseroan yakin kinerja tahun 2021 bisa lebih baik dari periode 2020.
Sales and Marketing Division Head CGV Manael Sudarman menuturkan kinerja perseroan dari Januari hingga Mei 2021 sudah lebih baik dibandingkan dengan periode 2020.
"Kami perhatikan Januari hingga Mei lalu, ada kisaran average kenaikan admission 60 persen market itu. Kami bersyukur selama penutupan 2020 lalu, ada beberapa blockbuster movie yang ditunda dan baru di rilis pada kuartal II/2021," jelasnya dalam paparan publik, Kamis (22/7/2021).
Memasuki kuartal II/2021, yang merupakan musim libur musim panas di Amerika Serikat (AS), perseroan berhasil menayangkan tiga film yang cukup meningkatkan penjualan tiket dan mendekati normal.
Ketiga film tersebut yakni, Fast and Furious 9, A Quiet Place Part II, dan The Conjuring: The Devil Made Me Do It.
"Kuartal II/2021, memang kelihatannya secara trafik menuju ke arah normal. Sayangnya, ada PPKM Darurat yang berakibat pada penurunan karena penutupan total bioskop sejak pekan lalu," jelasnya.
Baca Juga
Direktur Operasional Ferdiana Yulia Sunardi menjelaskan bisnis bioskop sangat dipengaruhi suplai utama yakni film. Sedangkan sejak akhir 2020 kegiatan penayangan film sudah mulai membaik.
"Mudah-mudahan kondisi membaik ke depan, film-film lain bisa on schedule dan bantu kestabilan bioskop. Bisnis makanan minuman akan jadi prioritas, penjualan produk offline dan online, sesuaikan produk food and beverage dengan trend," urainya.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2021, pendapatan BLTZ mengalami penurunan pendapatan menjadi Rp27,33 miliar dari pendapatan kuartal sama tahun lalu Rp232,17 miliar.
Perseroan juga berhasil menurunkan beban pokok pendapatan menjadi Rp55,97 miliar dari beban pada kuartal sama tahun lalu Rp163,46 miliar.
Bottom line pun mengalami peningkatan rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi rugi Rp83,33 miliar dari posisi rugi Rp54,3 miliar pada tahun lalu.