Bisnis.com, JAKARTA — Bursa Efek Indonesia mencatat 25 calon emiten dalam pipeline atau daftar evaluasi pencatatan perdana saham alias initial public offering (IPO). Namun, di antaranya belum ada perusahaan teknologi raksasa alias unicorn.
"Sampai dengan tanggal 18 Mei 2021, terdapat 25 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI yang saat ini masih menjalani proses evaluasi BEI," kata Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna, Selasa (18/5/2021)
Dia menjelaskan, dari segi skala aset untuk perusahaan dalam pipeline bila merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017, detailnya adalah 4 perusahaan aset skala kecil (aset dibawah Rp50 miliar); 12 perusahaan aset skala menengah (aset antara Rp50 miliar s.d. Rp250 Miliar); serta 9 perusahaan aset skala besar (aset diatas Rp250 miliar).
Adapun, secara rincian sektornya adalah sebagai berikut:
- 2 Perusahaan dari sektor Basic Materials;
- 5 Perusahaan dari sektor Industrials;
- 1 Perusahaan dari sektor Transportation & Logistics;
- 3 Perusahaan dari sektor Consumer Non-Cyclicals;
- 5 Perusahaan dari sektor Consumer Cyclicals;
- 2 Perusahaan dari sektor Properties & Real Estate;
- 2 Perusahaan dari sektor Technology;
- 1 Perusahaan dari sektor Healthcare;
- 3 Perusahaan dari sektor Energy;
- 1 Perusahaan dari sektor Financials.
Dari daftar tersebut, Nyoman mengatakan Bursa belum dapat menyampaikan nama calon perusahaan tercatat sampai dengan OJK telah memberikan persetujuan atas penerbitan prospektus awal kepada publik sebagaimana diatur di OJK Peraturan Nomor IX.A.2.
Ini artinya, Bursa belum dapat mengumumkan jika memang terdapat perusahaan unicorn dalam pipeline Bursa. Namun, Nyoman memastikan untuk perusahaan unicorn yang baru saja melakukan merger, yakni Grup GoTo alias Gojek—Tokopedia, belum mendaftar untuk IPO.
“Sampai dengan saat ini, kami belum menerima dokumen permohonan pencatatan baik dari Gojek, Tokopedia ataupun entitas gabungan Gojek-Tokopedia,” ungkap Nyoman.