Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lelang Sukuk Sepi, Ini Kata Analis

Pada dasarnya tren penurunan minat pada lelang sukuk negara terjadi juga pada lelang surat utang negara (SUN). 
Sukuk Ritel 014 dengan kupon 5,47 persen/ Instagram.
Sukuk Ritel 014 dengan kupon 5,47 persen/ Instagram.

Bisnis.com, JAKARTA — Analis menilai sepinya penawaran masuk pada lelang sukuk negara disebabkan oleh faktor eksternal alih-alih kondisi fundamental dalam negeri.

Analis Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan pada dasarnya tren penurunan minat pada lelang sukuk negara terjadi juga pada lelang surat utang negara (SUN). 

Pasalnya, beberapa pekan terakhir pasar obligasi Indonesia kian tertekan seiring dengan tren peningkatan imbal hasil atau yield yang dipicu kenaikan yield obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun atau alias US Treasury. 

“Jadi memang kita sedang tertekan karena ada stimulus di AS yang bikin US Treasury itu naik, makanya investor cenderung berpaling ke sana,” tutur Ramdhan ketika dihubungi Bisnis, Jumat (2/3/2021) 

Lebih lanjut Ramdhan mengatakan sentimen eksternal tersebut yang menjadi pemberat utama pasar obligasi Indonesia, sebab secara fundamental kondisi Indonesia cenderung positif dan menarik bagi investor. 

Menurutnya, saat ini rata-rata imbal hasil yang ditawarkan oleh obligasi Indonesia, baik sukuk negara maupun SUN konvensional masih sangat kompetitif dibanding negara berkembang lain, apalagi di tengah tren suku bunga rendah. 

“Lelang sepi bukan karena pasar kita nggak bagus. Obligasi kita sangat menarik, secara fundamental juga baik, hanya saja sekarang US Treasury itu sedang diburu karena ada potensi gain investor di sana, apalagi pasar AS juga lebih likuid,” tuturnya lagi. 

Ramdhan mengatakan, jiak yield US Treasuty telah mencapai titik ekuilibrium baru, maka tren kenaikan yield dan euforia investor terhadap obligasi Negeri Paman Sam akan perlahan mereda dan investor kembali ke negara berkembang sehingga lelang kembali ramai. 

“Sekarang sudah naik tinggi sekali, jadi harusnya nggak lama lagi ya dia mencapai titik baru itu. Bisa kita harapkan lah di Q2 ini akan mulai ramai lagi,” imbuhnya. 

Sebelumnya, Macroeconomic Analyst Bank Danamon Irman Faiz menjelaskan partisipasi asing masih rendah di pasar obligasi Indonesia karena saat imbal hasil US Treasury merangkak naik lagi. 

Faiz menyebut perbaikan data makroekonomi di China sebagai negara berkembang terbesar memang dapat menambah kepercayaan diri investor nonresiden untuk kembali ke pasar emerging market. Namun, instrumen yang dibidik tampaknya masih ke aset berisiko seperti saham alih-alih surat utang.

“Untuk aset yang sifatnya less riskier termasuk obligasi, investor asing switch ke obligasi AS dan negara berkembang yang relatif rendah ketergantungan arus modal asingnya karena harga obligasi cenderung stabil/naik,” jelas Faiz kepada Bisnis, baru-baru ini. 

Melihat kebutuhan AS sedang tinggi dan yield US Treasury terus meningkat, Faiz menyebut portofolio aset investor yang dialokasikan ke instrumen berisiko rendah seperti SUN di Indonesia akan pindah ke obligasi di AS dalam rangka flight to quality. 

Sementara itu, dari dalam negeri kapasitas perbankan juga kian terbatas untuk menyerap obligasi pemerintah. 

Faiz menunjukkan perbankan sudah menyerap surat utang pemerintah sekitar Rp208 triliun, termasuk yang dari operasi moneter Bank Indonesia. Dengan asumsi pertumbuhan kredit tumbuh 5 persen tahun ini, diperkirakan bank hanya akan dapat menyerap sekitar Rp263 triliun lagi. 

“Mungkin [serapan surat utang pemerintah dari perbankan] untuk semester I ini lebih tinggi dari Rp263 triliun, sebelum kredit berjalan,” imbuh Faiz.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper