Bisnis.com, JAKARTA - Emiten BUMN konstruksi PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) menargetkan perolehan kontrak baru sebesar Rp40,12 triliun dengan order book mencapai Rp115,02 triliun.
Direktur Utama Wijaya Karya Agung Budi Waskito menargetkan untuk memperoleh kontrak baru sebesar Rp40,12 triliun dengan target perolehan kontrak di tangan (order book) sebesar Rp115,02 triliun.
“Proyek-proyek tersebut menjadi modal produksi hingga beberapa tahun mendatang, sehingga dengan kapasitas yang ada sekarang, WIKA akan terus tumbuh," jelasnya, Jumat (26/3/2021).
Pihaknya meyakini dengan menjalankan protokol pencegahan Covid-19 dan perilaku hidup sehat, target yang telah ditetapkan bisa tercapai dan melanjutkan torehan berbagai prestasi.
Sebagai kontraktor, emiten bersandi WIKA ini terus membangun komunikasi aktif dan berusaha untuk menyelaraskan kepentingannya dengan kepentingan pemilik proyek. Dengan demikian, jadwal maupun progress proyek tetap terjaga dan meminimalisasi terjadinya cost overrun.
Berbagai langkah efisiensi juga ditempuh dengan melakukan penghematan biaya usaha dan operasional. Langkah ini diambil salah satunya untuk menjaga agar tidak terjadi pemutusan hubungan kerja terhadap karyawannya.
“Kami percaya SDM jadi modal utama untuk menggerakan bisnis WIKA sehingga kelak siap lepas landas ketika kondisi semakin membaik,” ujar Agung.
Berdasarkan laporan keuangan 31 Desember 2021 yang dikutip Jumat (26/3/2021), perseroan menghasilkan pendapatan bersih sebesar Rp16,53 triliun turun 39,25 persen dibandingkan dengan pendapatan 2019 sebesar Rp27,21 triliun.
Adapun, pendapatan lain-lain mengalami peningkatan menjadi Rp3,06 triliun dari posisi 2019 yang sebesar Rp1,18 triliun.
Di tengah anjloknya pendapatan, beban usaha perseroan malah mengalami kenaikan terutama dari pos beban lain-lain yang meningkat menjadi Rp2,23 triliun padahal pada 2019 beban lain-lain hanya Rp37,71 miliar.
Selain itu, beban dari pendanaan juga meningkat menjadi Rp1,22 triliun pada 2020, naik dari posisi 2019 yang sebesar Rp884,25 miliar.
Dengan demikian, laba neto atau laba bersih perseroan sebesar Rp322,34 miliar anjlok 87,7 persen dari laba bersih pada 2019 yang sebesar Rp2,62 triliun.
Laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar Rp185,76 miliar menukik hingga 91,9 persen dari tahun sebelumnya yang dapat mencapai Rp2,28 triliun.
Walhasil, laba bersih per lembar saham dasar pun anjlok dari yang senilai Rp254,74 per lembarnya menjadi hanya Rp20,71 per lembarnya.
Di sisi lain, posisi kas dan setara kas pada akhir tahun meningkat menjadi Rp14,95 triliun dari posisi akhir tahun 2019 yang sebesar Rp10,34 triliun.
Liabilitas emiten bersandi WIKA ini pun membengkak menjadi Rp51,45 triliun naik 19,95 persen dari posisi 2019 yang sebesar Rp42,89 triliun.
Dengan jumlah liabilitas jangka pendek yang meningkat tajam menjadi Rp44,16 triliun naik dari posisi 2019 yang sebesar Rp30,34 triliun. Sementara, total liabilitas jangka panjangnya turun menjadi Rp7,28 triliun dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp12,54 triliun.
Sementara itu, total ekuitas perseroan mengalami penurunan menjadi Rp16,65 triliun dari kondisi 2019 yang sebesar Rp19,21 triliun. Adapun, total aset meningkat menjadi Rp68,1 triliun naik 9,64 persen dari posisi 2019 yang sebesar Rp62,11 triliun.
Rinciannya total aset lancar naik menjadi Rp27,98 triliun padahal pada tahun sebelumnya sebesar Rp42,33 triliun. Untuk aset tidak lancarnya naik tipis menjadi Rp20,12 triliun sementara saat 2019 sebesar Rp19,77 triliun.
Pada penutupan perdagangan Jumat, harga saham WIKA naik 25 poin atau 1,57 persen ke level 1.615. Adapun, kapitalisasi pasarnya mencapai Rp14,49 triliun.