Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Terkapar Gara-Gara Perpanjangan PPKM dan Proyeksi Ekonomi Minus

IHSG terpantau parkir di level 6.252,71 setelah melemah 0,77 persen atau 48,42 poin ke level 6.257,71. Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak dalam kisaran 6.245,99-6.342,13.
Pengunjung melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (22/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (22/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah pada akhir perdagangan hari ini, Selasa (23/3/2021).

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG terpantau parkir di level 6.252,71 setelah melemah 0,77 persen atau 48,42 poin ke level 6.257,71. Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak dalam kisaran 6.245,99-6.342,13.

Pada hari ini, sebanyak 151 saham ditutup menguat, 357 saham melemah, sedangkan 129 saham stagnan. Pada penutupan total transaksi mencapai Rp11,01 triliun, dengan aksi jual bersih atau net sell investor asing senilai Rp21,86 miliar.  

Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menjadi yang paling banyak diburu investor asing dengan net buy mencapai Rp96,2 miliar. Kemudian disusul oleh PT Sinar Mas Multiartha Tbk. (SMMA) dengan net buy Rp85,0 miliar, tetapi mengalami penurunan harga 0,34 persen. 

Sementara saham PT Bank Central Asia Tbk. menjadi saham paling banyak dijual asing sebanyak Rp242,2 miliar sehingga turun 0,83 persen menjadi Rp32.825  

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan penurunan indeks dikarenakan berkaitan dengan keprihatinan pasar terhadap kenaikan kasus Covid-19 secara global. 

Di Indonesia sendiri perpanjangan kebijakan PPKM hingga 5 April 2021 mendatang juga dinilai Nafan sebagai sentimen negatif oleh para pelaku pasar. 

Selain itu memanasnya hubungan bilateral antara Amerika Serikat dengan China juga disikapi negatif oleh para pelaku pasar. 

"Adapun statement Sri Mulyani mengenai proyeksi pertumbuhan ekonomi Q1 masih minus [antara -1 persen hingga -0,1 persen] disikapi negatif pelaku pasar," ungkap Nafan saat dihubungi Bisnis, Selasa (23/3/2021). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper