Bisnis.com, JAKARTA – Kabar dari sejumlah sektor ekonomi yang menjadi sorotan harian Bisnis Indonesia edisi hari ini, Senin (15/3/2021), antara lain soal harga pangan dunia yang konsisten naik dan menjadi tantangan untuk penyediaan bahan pokok apalagi Ramadan dan Idulfitri yang akan datang.
Kemudian, di tengah harga emas yang fluktuasi sepanjang tahun berjalan 2021, emiten tetap solid kejar target. Serta juga prospek dunia industri cukup menjanjikan dan perlu memerhatikan beberapa isu agar bisa menarik investor.
Berikut beberapa rincian isu-isu terkini seputar perekonomian di Indonesia:
1. Awasi Gejolak Harga Pangan
Harga pangan dunia yang terus konsisten naik dalam 9 bulan terakhir dalam 6 tahun. Ini menjadi tantangan dalam upaya penyediaan bahan pokok di dalam negeri, terlebih menjelang Ramadhan dan Idulfitri. Organisasi pangan dunia (FAO) menyebutkan harga pangan global menyentuh level tertinggi dengan indeks harga pangan per Februari 2021 mencapai 116,2 poin, naik 2,4 persen dibanding Januari 2021.
2. Emiten Tetap Solid Kejar Target
Emiten emas tetap percaya diri dapat mempertahankan pertumbuhan kinerja tahun ini kendati harga logam mulia tengah bergerak melandai di kisaran US$1.700 per troy ounces. Corporate Secretary PT United Tractors Tbk. Sara K. Loebis mengatakan bahwa fluktuasi harga emas yang terjadi sepanjang tahun berjalan 2021 belum menjadi ancaman terhadap kinerja perseroan, seiring dengan harganya yang masih dalam batas aman.
3. Bersolek Demi Investor
Prospek investasi di kawasan industri dinilai masih cukup menjanjikan, kendati tekanan akibat pagebluk Covid-19 belum usai. Butuh dukungan semua pihak agar investasi bisa terus bersemi di kawasan industri. Setidaknya terdapat lima tantangan yang perlu dibenahi agar investor tertarik masuk ke kawasan industri. Di antaranya implementasi UU Cipta Kerja, insentif fiskal maupun non-fiskal, pengembangan infrastruktur, peningkatan SDM, dan kepastian hukum.
4. Kekhawatiran Terlampau Dini
Kekhawatiran terhadap dampak dari kemungkinan taper tantrum akibat banjir stimulus serta kenaikan imbal hasil surat utang Amerika Serikat terhadap pasar modal Indonesia masih terlalu dini. Meskipun demikian, kemungkinan gejolak di pasar keuangan karena pengurangan stimulus moneter AS tetap perlu diwaspadai.
5. Surplus Diprediksi Berlanjut
Tren surplus neraca perdagangan diprediksi berlanjut menyusul masih tumbangnya sektor industri pengolahan dan menyumbat aliran importasi bahan baku dan barang penolong pada bulan lalu. Dengan kata lain, surplus neraca perdagangan lebih disebabkan lantaran penurunan impor yang lebih dalam dibandingkan dengan kinerja ekspor.