Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi covid-19 yang menyebar menjadi pintu masa kemarau panjang bagi perekonomian di Tanah Air. Sektor UMKM yang selama ini terbilang tahan banting, turut merasakan imbasnya.
“Pandemi ini cukup mengganggu usaha saya. Jualan tidak seramai seperti biasanya,” ujarnya Kurniawan, salah seorang pedagang kelontong di daerah Pondok Gede, Kota Bekasi.
Ya pria beranak satu ini merupakan satu dari sekian juta pelaku UMKM di Tanah Air. Mereka, para pengusaha warung di sekitar rumah kita, pedagang pasar tradisional, dan pemilik bisnis rumahan, telah menjadi tulang punggung perekonomian nasional Indonesia. Setidaknya, mereka menyumbangkan 60 persen dari total PDB, dan 97 persen pekerja di tanah air menggantungkan hidupnya kepada mereka.
Menurut data Pemerintah, setidaknya terdapat lebih dari 64 juta UMKM di seluruh Indonesia , dengan kepadatan mencapai 22 UMKM per 100 orang. Para pelaku UMKM ini, termasuk Kurniawan, saat ini tengah masa yang sulit akibat pandemi. Berdasarkan catatan Mandiri Institute, setidaknya ada 42 persen pelaku yang terpaksa gulung tikar di era pandemi ini karena sepi orderan. Selidik punya selidik, penyebabnya karena usaha mereka belum terdigitalisasi.
Untuk menyelamatkan lebih banyak pelaku UMKM, sejauh ini, Pemerintah Indonesia telah telah mengalokasikan Rp123,46 triliun melalui Program Pemulihan Ekonomi Nasional untuk membantu UMKM. Berdasarkan riset Katadata Insight Center (KIC), setidaknya 74 persen pelaku usaha memanfaatkan bantuan dari Pemerintah tersebut untuk digulirkan kembali sebagai modal kerja.
Sokongan lain juga diberikan oleh masyarakat dengan berbagai cara. Sebaliknya, riset Mandiri Institute pun menyebutkan bahwa pelaku UMKM yang sudah bertransisi ke digital, keadaannya lebih baik dibandingkan yang masih tradisional. Meski demikian, UMKM-UMKM tersebut juga membutuhkan banyak bantuan.
Meski demikian, ada satu hal positif yang nampak selama pandemi ini yakni semangat untuk bahu-membahu, bergotong royong sebagai upaya mendongkrak perekonomian nasional, khususnya bagi pelaku UMKM. Semangat gotong royong tersebut ditunjukkan oleh beberapa pelaku usaha seperti Jenius, Bukalapak dan Grab.
Jenius dikembangkan guna membantu pengusaha digital dapat mengembangkan usaha mereka.Pasalnya, berdasarkan analisis, biasanya pelaku usaha yang baru merintis ini terjebak dengan rutinitas tambahan sehingga kehabisan waktu.
Keunggulan Jenius Bisniskit antara lain pencatatan lebih simpel karena stok produk, pengeluaran, sampai data karyawan dan pelanggan kini tercatat lebih rapi di aplikasi.
Pada Jenius BisnisKit juga terdapat fitur kasir untuk mulai memproses penjualan produk. Selain bisa diproses dari data produk yang telah dimasukkan, juga bisa melakukan scan barcode produk. Pada fitur kasir, pun tersedia 4 pilihan metode pembayaran yaitu tunai, transfer, debit dan kredit.
Perusahaan lain yang juga berkontribusi dalam semangat gotong-royong adalah marketplace Bukalapak yang meluncurkan program satu tarif untuk layanan Super Seller sebesar 0,5%. Program tersebut diberikan untuk mendukung ketahanan pelaku bisnis UMKM di tengah situasi pandemi.
Adapun keuntungan yang bisa didaptkan adalah para pelapak bisa menaikan angka transaksi hingga lima belas kali lipat dan akan mendapatkan badge Super Seller, mendapatkan gratis ongkos kirim, mendapatkan cashback voucher eksklusif, bonus 5% budget promosi, hingga dapat mengikuti campaign dan flash deal tanpa biaya tambahan.
Perusahan teknologi yang juga berkomitmen penuh untuk mendukung UMKM adalah Grab. Pertengahan tahun lalu, Grab meluncurkan aplikasi GrabMerchant yang dapat diunduh secara gratis untuk mendaftar sebagai mitra merchant GrabFood dan Grabmart. Selain itu, aplikasi ini juga menjadi solusi untuk digitalisasi bisnis UMKM kuliner serta toko kelontong.
Menariknya, dalam aplikasi yang sama juga bisa beli kebutuhan dapur, fitur untuk membuat iklan agar pengusaha bisameningkatkan visibilitas, ada profil dengan pengaturan berbeda untuk kasir serta pemilik toko, dan bisa juga pesan berbagai keperluan seperti kemasan dan pembersihan dapur. Tidak hanya itu saja, merchant juga bisa mengakses laporan penjualan dari aplikasi ini.
Selain, berdasarkan catata Bisnis, ada juga aplikasi GrabKios yang kini bisa digunakan siapa saja untuk menjadi agen individu GrabKios, dan menawarkan produk layanan finansial dan digital seperti pengiriman uang, bayar BPJS dan masih banyak lagi, yang tersedia 24 jam.
Berbagai langkah gotong royong mendukung pelaku usaha UMKM ini dinilai penting karena pemulihan ekonomi Indonesia sangat bergantung dari UMKM. Jika berbagai pihak dapat meningkatkan ketangguhan mereka, berarti bisa mencegah terjadinya pengurangan tenaga kerja yang lebih besar dan membangkitkan kembali ekonomi negeri.
Meski demikian, masih dibutuhkan transisi penunjang agar UMKM bisa benar-benar masuk dalam digitalisasi, seperti pelatihan. Soal yang satu ini, kita patut menengok apa yang sudah dilakukan oleh satu dari ketiga perusahaan tadi.
Bantu Tingkatkan Keterampilan dan Kapasitas UMKM
Sejak 2020, Grab juga telah menghadirkan program pelatihan dan pendampingan bertagar ‘#TerusUsaha Akselerator’ bagi ratusan UMKM Indonesia. Pelatihan ini merupakan bagian dari program digitalisasi UMKM #TerusUsaha, di mana ratusan UMKM terpilih akan mengikuti pembinaan intensif selama 2 bulan bersama para pakar, agar dapat meningkatkan kompetensi dan bisa beradaptasi dalam dunia digital.
Pelatihan tersebut yang terbagi menjadi 3 fase yakni pertama edukasi yang mencakup berbagai ruang lingkup bisnis seperti sesi pelatihan dan pembelajaran intensif untuk para UMKM yang akan fokus pada beberapa topik seperti strategi pemulihan ekonomi, pemasaran, literasi keuangan, serta branding dan public relations.
Menariknya, para UMKM juga akan mendapatkan bekal tentang sosialisasi BPOM serta pelatihan terkait pemahaman sertifikasi halal. Seluruh sesi akan dibawakan oleh para pakar.
Fase lainnya, adalah aosialisasi platform digital di mana para peserta terpilih akan diberikan pendampingan dalam mendaftar dan mengoperasikan aplikasi Grab seperti GrabExpress, GrabFood, GrabMart, dan GrabKios sesuai dengan lini bisnis mereka.
Selama sesi ini, peserta juga akan diberi pembelajaran dalam membuat strategi pemasaran dan berjualan yang menarik dan efektif agar dapat bersaing di platform digital.
Adapun fase terakhir disebut business coaching di mana peserta akan diberi kesempatan untuk berkonsultasi terkait strategi bisnis, produk, strategi pemasaran dengan para mentor. Selama sesi ini perkembangan peserta akan dipantau jika peserta membutuhkan bantuan tambahan.
Berbagai upaya yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan itu untuk mendukung keberlangsungan bisnis UMKM, patut diapresiasi. Di masa seperti inilah, saatnya kita menunjukkan semangat gotong royong yang merupakan ciri khas bangsa ini